Kamis, 25 Juni 2009

GANGGUAN PSIKOSOMATIS

GANGGUAN PSIKOSOMATIK

Gangguan psikosomatik mrpk istilah yg tidak dipakai scr resmi.
Dlm PPDGJ-III, psikosomatik termasuk dalam gangguan somatoform.

Gg.somatoform adl kelompok gangguan yg memiliki gejala atau keluhan fisik (misal nyeri, mual, sakit kepala) di mana tidak ditemukan penjelasan medis yg adekuat, krn dasarnya adalah permasalahan psikologis.
Gejala / keluhan fisiknya cukup serius utk menyebabkan penderitaan emosional yg bermakna bagi pasien / menimbulkan perubahan fungsi peran.

Salah satu contoh gangguan somatoform adalah gangguan somatisasi.
Gangguan inilah yg merupakan diagnosis resmi utk gangguan psikosomatik.

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak gejala somatik / fisik yg tdk dpt dijelaskan secara adekuat dg px fisik & lab.
Gangguan ini:
-kronis (gejala telah ada selama bbrp tahun, onset sblm usia 30 th atau belasan)
-disertai distres psikologis bermakna & gangguan fungsi peran
-doctor shopping

Etiologi: multifaktorial:
-biologi
-genetik
-psikososial

Faktor predisposisi:
-jenis kelamin wanita
-tingkat pendidikan rendah
-sosial ekonomi kurang
-usia remaja/dewasa muda
-kepribadian cemas-menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.

Diferensial diagnosis:
-gg.hipokondriasis (menderita penyakit spesifik)
-gg.konversi / histeri (gejala neurologis)
-body dysmorphic disorder (biasanya 1 keluhan bentuk / cacat tubuh)
-gg.depresi (lebih menonjol gejala depresinya)
-gg.kecemasan umum (cemas pada semua hal, tdk hanya keluhan fisik)
*Gg.somatisasi melibatkan sistem organ multipel  beragam keluhan fisik.

Terapi: sebaiknya ditangani oleh dokter tunggal shg pasien tdk berkesempatan terlalu berkeluh kesah.
Prinsip: mencari dasar permasalahan psikologis & menyadarkan pasien bahwa gangguannya adalah gangguan psikologis, bukan fisik.
Terapi utama adl psikoterapi kognitif-perilaku.
Terapi obat dpt diberikan bila terdapat gg penyerta seperti cemas atau depresi, tetapi memiliki resiko drug abuse.

Selasa, 16 Juni 2009

KONSEP BUNUH DIRI

MAKALAH PSIKATRI
tentang
BUNUH DIRI











DISUSUN OLEH:
KELAS IVB

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN(STIKES)
MATARAM
(2009/2010)



KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia, penulis dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “ BUNUH DIRI”.Penyusunan makalah ini merupakan perwujudan dari kewajiban penulis sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen, khususnya mata kuliah PSIKATRI . Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah PSIKATRI yang telah memberikan kami waktu yang cukup untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan .
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga dalam penulisan makalah selanjut bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua



Mataram,14 MEI 2009


Penulis












Pendahuluan
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua,
Factor – factor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit. Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai factor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.









BUNUH DIRI
A. Pengertian bunuh diri
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.
Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah :
1. Suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa,
2. Factor – factor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.
3. Pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.
4. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien

B. Etiologi
1. Faktor genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
4. Penyebab lain
a. Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
b. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
c. Tangisan untuk minta bantuan
d. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik
C. Predisposisi
Penyakit jiwa merupakan faktor predisposisi terpenting terjadinya bunuh diri. WHO memperkirakan sebanyak 90% orang yang melakukan tindakan bunuh diri terjadi akibat penyakit jiwa yang tidak didiagnosa dan diobati, di samping penggunaan obat-obatan terlarang dan konsumsi alkohol. Kondisi ini merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang mempresentasikan 1,4% dari beban masalah kesehatan dunia.
Di samping itu, masyarakat dalam hal ini tokoh agama dan pemerintah juga mempunyai peran penting dalam mencegah dan meminimalkan kasus bunuh diri dengan menanamkan nilai-nilai kesehatan jiwa sejak dini.
Preveler dkk dalam jurnal yang berjudul ‘ABC of Psychological Medicine: Depression in Medical Patients’ (2002) mengatakan, risiko bunuh diri seumur hidup akan dialami orang yang mengalami mood disorder, terutama depresi yaitu sebesar 6-15%, sedangkan schizophrenia sebesar 4-10%. Data tahun 2005 menyebutkan, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, kejadian bunuh diri akibat depresi menempati ranking ke-11 penyebab kematian penduduk.
Depresi merupakan kondisi medis yang disebabkan karena adanya disregulasi neurotransmitter (zat penghantar dalam sistem syaraf) terutama serotonin (neurotransmitter yang mengatur perasaan) dan norepinefrin (neurotransmitter yang mengatur energi dan minat). Spektrum depresi sangat luas dengan keluhan penyakit dan manifestasi klinik yang bermacam-macam sehingga pengelolaannya harus dilakukan secara holistik.



D. Patofiologi
Luka yang terjadi karena disengaja sering terjadi dan pemeriksaannya biasanya menjadi tugas ahli patologi dan dokter ahli forensik klinik. Kejadian-kejadian ini terdiri dari : bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri berencana., pada akhirnya tidak adanya makud untuk untuk membunuh, meskipun kematian mungkin terjadi karena kurang hati-hati.
Salah satu keputusan yang sulit di hadapi oleh ahli patologi dan pemeriksa medis, dan untuk bertindak yang legal, seperti juga pemeriksa sebab dari kematian, terdapat perbedaan antara bunuh diri, pembunuhan, dan perlukaan oleh diri sendiri lainnya. Meskipun ini bukan merupakan juga fungsi yang legal ahli patologi dalam ,menghubung-hubungkan motif, pengalaman mereka dan latihan juga factor-faktor yang sering sehingga mereka dapat membuat keputusan dalam pengklasifikasian kebiasaan-kebiasaan atau cara kematian serta perlukaan.
 Cidera akibat bunuh diri
Diskusi ini dibatasi dengan trauma fisik, meracuni diri sendiri, yang akan dibicarakan lebih lanjut. Bunuh diri akibat melukai diri sendiri dengan berbagai macam cara, yaitu dengan cara yang ganjil atau aneh. Ahli patologi harus selalu waspada dengan kemungkinan-kemungkinan lain selain karena bunuh diri. Pada beberapa kejadian biasanya disebabkan karena ketidaksengajaan dilakukan oleh korban. Contoh primer yaitu “Masochistic Asfiksia”, dimana kadang sering keliru dengan bunuh diri.

E. Penatalaksanaan
1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara :
- Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
- Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.



2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi
- Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
- Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
- Tidak menghakimi dan empati
- Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
- Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
- Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah
- Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
- Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat
- Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
- Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
- Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
- Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’
- Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
- Explorasi perilaku alternative
- Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai





 Pemeriksaan dan penatalaksanaan
1. klinik harus menilai resiko bunuh diri pada pasien individual berdasarkan pemeriksaan klinis. Hal yang paling prediktif yang berhubungan dengan resiko bunuh diri
2. memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri, jangan meninggalkan mereka sendirian dan keluarkan benda yang berbahaya dari ruangan
3. pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri.
4. penatalaksaannya adalah sangat tergantung pada diagnosis. Pada pasien dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya dapat dimulai secar cepat.
5. ide bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya menghilang dengan abstinensia dalam beberapa hari. Jika depresi menetap setelah tanda psikologis dari putusnya alkohol yang menghilang dengan adanya kecurigaan yang tinggi pada ganguan depresi berat
6. ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius, karena mereka cendrung menggunakan kekerasan atau metode yang kacau dengan letalitas yang tinggi
7. pasien dengan gangguan keperibadian mendapat manfaat dari konfrontasi empatik dan bantuan dengan mendapatkan pendekatan yang rasional dan bertanggung jawab.
8. hospitalisasi jangka panjang, diindikasi pada keadaan yang menyebabkan mutilasi diri.
 Psikoterapi dengan pedoman wawancara
 Mulailah dengan bertanya apakah pasien pernah merasa menyerah atau merasa mereka lebih baik meninggal. Pendekatan tersebut menyebabkan stigma yang kecil dan dapat dilakukan sebagian besar orang
 Berbicaralah mengenai apa yang sebenarnya yang difikirkan pasien dan catatlah fikirannya
 Lontarkan pertanyaan pada pasien
 Pertimbangkan usia dan kecanggihan pasien dan apakah maksud pertanyaan pasien sesuai dengan caranya.
 Apakah cara yang dipilih untuk bunuh diri tersedia pada pasien.
 Pertanyaan yang terakhir menentukan penilaian dan pengobatan karena pasien dapat menunjukkan cara untuk keluar dari dilemanya




















DAFTAR PUSTAKA

CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company, Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier Mosby, Philadelphia

Senin, 15 Juni 2009

JUDUL SKRIPSI II

o
________________________________________
SKRIPSI/TA KEPERAWATAN [KODE 06E]
1. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TH. 9 DENGAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI FAKTOR GRANDEMULTIPARA DI JAMBANGAN II WILAYAH PUSKESMAS KANDANG SAPI PASURUAN (2001)
2. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA ANAK BALITA DIRUANG 7 ANAK RSUD DR. SAIFUL NAWAR MALANG (2001)
3. HUB. ANTARA MOTIVASI PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN BERDASARKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DI RS. GRHSIA PROP DIY (2004)
4. PERBEDAAN SKALA KEHANGATAN PERAWAT PRIA DENGAN KLIEN (2002)
5. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BP. ”MH” DENGAN FAKTUR INTERTROKANTER SINITRA PRA DAN PASTA ORIP DI RUANG PERAWATAN ELISABETH RS. PANTI RAPIH YK (2003)
6. PENGANTARA RISET KEPERAWATAN BAGI PEMULA (2003)
7. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. ”RT” DENGAN HYPERMESI GRAVIDARIUM DI RUANG PERAWATAN ELISABETH RS. PANTI RAPIH YK (2000)
8. PERAN KELUARGA EXTENDED FAMILY DALAM PENERIMAAN LANJUT USIA DI DUSUN TANGKILAN DESA SUMBER MULYA KEC. BAMBANGLIPURA KAB. ANTUL PROP. DIY TH. 2002 (2002)
9. PERAN FUNGSI DAN CITRA PERAWAT YANG DIHARAPKAN OLEH MASYARAKAT DI MASA YANG AKAN DATANG (2001)
10. TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG UPAYA MEMINIMALISASI SERANGAN STROKE PADA PASIEN HIPERTENSI DI RAWAT INAP RS. PANTI RAPIH YK (2003)
11. HUB. ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD PURWAREJO (2004)
12. HUB. TINGKAT PENGETAHUAN PRIMAVARA DENGAN PERILAKU PERAWATAN MASA NIFAS DI RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YK TH. 2005 (2005)
13. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN ”K” DENGAN CARSINOMA NASOFARING DI IRNA I DAHLIA IV RUANG D3 RS. DR. SARDJITO (2005)
14. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY/ ”W” DENGAN PENDARAHAN ANTERPARTUM ATAS INDIKASI PLASENTA PREVIA PADA MULTI GRAVIDARIUM 33 + 5 MINGGU DI RUANG MELATI RSUD SLEMAN YK (2005)
15. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. “RW” DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN BRONKITIS KRONIS DI BANGSAL MULTAZAM RSU PKU MUHAMMADIYAH YK (2000)
16. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAUPUTIK DI RUANG BERSALIN RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA (2005)
17. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. “R” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN THIROID ABDOMINALIS DI RUANG B2 UPA IRNA II RSUP DR. SARDJITO (2001)
18. STUDI KORELASI ANTARA MOTIVASI DAN TEST MASUK DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU KEPERAWATAN PADA SISWA KELAS II DAN II SPK PANTI RAPIH YK TH. 1993/1994 (1995)
19. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ”NY” DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL MENARIK DIRI PADA SKIZOPERENTA TAK TERINCI DI RUANG P2A RSJ PUSAT GRHASIA YK (2004)
20. ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN DI RSUD KAB. SAMBAS PROP. KALBAR (2005)
21. KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. ”N” DENGAN KONJUNGTIVITAS BAKTERI DI RUANG POLIKLINIK RS. OTORITA BATAM TGL. 13-26 JUNI 2004 (2004)
22. KTI STUDI DESKRIPTIF TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM MENUNGGU LAYANAN OBAT DI FARMASI RS BETHESDA YK (2005)
23. KTI ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMONITAS DI PEDUKUHAN WATU ADES DESA PURWOBINANGUN KEC. PAKEM KAB. SLEMAN YK (2003)
24. PENATALAKSANAAN PADA PASIEN NY. ”W” DENGAN PARTUS NORMAL DI RSUD UNGARAN SEMARANG (2005)
25. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN/ ”R” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA SCIZOFENIA DI GENENG NGAWI (2002)
26. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN R DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA SCIZOFENIA DI GENENG NGAWI - 02
27. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. ”AP” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA EPILEPSI DI WILAYAH MUNTILAN
28. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN ”H” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA ’GOUT” DI WILAYAH MUNTILAN
29. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN ”S” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA DEPRESI DI KOTARJO (2002)
30. PROP KTI STUDI DESKRIPTIF TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA YANG BAYINYA DI RAWAT DI INKOBATOR DI RUANG VIII RS. BETESDA YK (2006)
31. PROP KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN L DENGAN FAKTOR ORURIS PRE DAN PAST PEMASANGAN PLAST DAN SCREVUS DI IRNA BANGSAL E2 RSUP DR. SARDJITO
32. PTOP KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN X DENGAN OSTEOKORSOM YANG DILAKUKAN DIDAKAN AMPUTASI DI IRNA I RUANG Z RSUP DR. SARDJITO
33. PROP KTI HUB. TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DIRI MULYA KAB. KULON PROGO
34. PROP KTI EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN KABUPATEN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI DESA WUKIR SARI KEC. CANGKRINGAN KAB. SLEMAN (2003)
35. PROP KTI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS. MARGO HUSADA WONOGIRI (2005)
36. ASUHAN KEPERAWATAN NY. ”H” PADA GANGGUAN ALAM PERASAAN DEPRESI DENGAN PERILAKU MENARIK DIRI PADA SKEOLFRENIA TAK TERINCI DI KELAS PUTRI DI RSJ DI PROP. DIY (2002)
37. PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DALAM HUBUNGAN DENGAN SIKAP TERHADAP HUB. SEKSUAL PRA NIKAH PADA SISWA SMU I KOTAMADYA TERNATE PRO. MALUKU UTARA (2003)
38. KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NT. “S” DENGAN KANKER PAYUDARA POST MASTECTOY DI BANGSAL A3 IRNA RSUP DR. SARDJITO (2001)
39. KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. ”S” DENGAN KANKER SERVIKS UTERI DI RUANG CDS INSTALASI RAWAT INAP I DI RSUD DR. SARDJITO YK (2001)
40. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY S DENGAN KANGKER SERVIKS UTERI DI RUANG CDS INSTALASI RAWAT INAP I RSUP DR. SARDJITO YK - 01
41. KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NT. ”T” DENGAN DIAGNOSA MEDIS SEPSIS NEONATORIUM DI IRNA BANGSAL B2 RSUP DR. SARDJITO YK (2001)
42. KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. TS DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN ASHMA BRONCHISLE DI RUANG CI IRNA I RSUP DR. SARDJITO YK - 01
43. KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NN. “S” DENGAN KANKER PAYUDARA POST MASECTOMY DI IRNA BEDAH B2 RSUP DR. SARDJITO YK (2001)
44. KTI PENCERNAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. “A” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM THIPOID DI BANGSAL B2 UPA IRNA II RSUP DR. SARDJITO YK (2001)
45. KTI MUSKULOSKETELETAL DEMAM THIPOID ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. “X” DENGAN GANGUAN SISTEM MUSKULOSKETELETAL FRAKTUR CRURIUS 1/3 DISTAL DENGAN PEMASANGAN PLATE DAN CSREVOS DI BANGSAL E2 IRNA 1 RSUP DR. SARDJITO YK (2001)
46. KTI GASTROINTESTINAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. “M” GANGGUAN PENCERNAAN GASTROINTESTINAL DIARE DI BANGSAL ANAK (IRNA II) RSUP DR. SARDJITO UK
47. KTI DEMAM THIPOID ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK HN DENGAN DEMAM THIPOID RUANG B2 IRNA II RSUP DR. SARDJITO YK (2001)
48. KTI BRONCORNEUMA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. “W” DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN BRONCORNEUMA DI BANGSAL B2 IRNA II RSUP DR. SARDJITO (2001)
49. KTI MASTEKTOMI ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NT. ”S” DENGAN PASCA MASTEKTOMI DI IRNA I BEDAH A2 RSUP DR. SARDJITO (2006)
50. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. “H” DENGAN RENTINOBLASTOMA POST OP ENUKREASI DEKSTRA DI INSKA II RUANG MATAHARI (B4) RS. DR. SARDJITO UK (2005)
51. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA SEMESTER VIII PROGRAM STUDI KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PROGRAM NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTRO HUSADA (2006)
52. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT ANGGOTA BADAN KOMUNIKASI PAGUYUBAN LANSIA WILAYAH KOTA YOGYAKARTA UNTUK MEMILIH JENIS ASURANSI UNTUK KESEHATAN DAN PENGGUNAAN FASILITAS KESEHATAN (2005)
53. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL PADA PASIEN NY. ”T” DI RD DKT YK (2005)
54. HUB. ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU DALAM MENCEGAH DEKUBITAS DI RS. DR. SARDJITO (2006)
55. PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPUEUTIK YANG DILAKSANAKAN OLEH MAHASISWA PSIK FK UGM PROGRAMA TAHAP PROFESI DENGAN KLIEN DI RS. DR . SARDJITO YK - 05
56. PROPOSAL KOMUNIKASI TERAPEUTIK PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT TERHADAP PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG INTERNEDIATE CARE IRNA RSUP DR. SARDJITO (2005)
57. PROPOSAL PENDARAHAN KEJADIAN PENDARAHAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT) PADA PASIEN ANAK DENGAN TROMBOSITOPE IA DI RUMAH SAKIT DR. SARDJITO (2005)
58. PROPOSAL NUTRISI ENTERAL GAMBARAN PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL PADA PASIEN DEWASA DI RS. DR. SARDJITO (2005)
59. PROPOSAL KEMAMPUAN TERAPEUTIK HUB. ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEMAMPUAN TERAPEUTIK PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI INSKA RSUP DR. SARDJIJTO (2006)
60. PROPOSAL TINJAUAN PERSEPSI ORANG TUA MENGENAI KEBUTUHAN PENAWARAN SELAMA ANAK RAWAT INAP DI IRNA I RUANG 4 RSUP DR. SARDJITO
61. PROPOSAL KECENDERUNGAN BUNUH DIRI ANALISIS SKOR SISTEM KATAGORI PASIEN JIWA PADA PASIEN DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BUNUH DIRI DI IRNA IV RS. DR. SARDJITO (2005)
62. KTI HUB. ANTARA PERAN SERTA KELUARGA DALAM PEARWATAN PENDERITA STROKE DI RSUP DR. SARDJITO YK (2006)
63. PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PENGOBATAN KEMOTERAPI ANAK PENDERITA LEUKIMIA UMFOBLASTIK AKUT DI RSUP DR. SARDJITO YK (2006)
64. PROPOSAL GAMBARAN KEBUTUHAN PSIKO SOSIAL ORANG TUA DENGAN ANAK BALITA YANG DIRAWAT DI RUANG PKU RS. DR. SARDJITO YK (2005)
65. PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN ANAK SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUP DR. SARFJITO (2006)
66. PROPOSAL GAMBARAN STATUS GIZI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN TERAPI HEMODIALISA DAN TANPA TERAPI HEMODIALISA DI RSUP DR. SARDJITO - 06
67. PROPOSAL PERBEDAAN EFEKTIVITAS KLORAMFENIKOL SALEP KULIT 2% DI BANDING POVIDONE IODINE CAIR 0% PADA TINDAKAN DRESSING INFUS TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS DI IRNA DR. SARDJITO (2006)
68. PROPOSAL EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTI INFEKSI PADA PENYAKIT PENDERITA HIV/AIDS PASIEN RAWAT INAP RS. DR. SARDJITO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005 (2005)
69. KTI KAJIAN PELAKSANAAN BIMBINGAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH OLEH PERAWAT KEPADA MAHASISWA PROFESI PSIK KF UGM DI RSUP DR. SARDJITO (2005)
70. PROPOSAL GAMBARAN PELAKSANAAN PELAYANAN PASIEN HOME CARE RSUP DR. SARDJITO (2005)
71. PROPOSAL PENGARUH BERMAIN TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK SELAMA MENJALANI PERAWATAN DOKTER DI RSUP DR. SARDJITO (2005)
72. PROPOSAL HUB. ANTARA PENERAPAN KEPERAWATAN ATRAUMATIK DENGAN RESPON ANAK USIA 1-3 TAHUN SELAMA DILAKUKAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI HARI KE III DI IRNA D2 RSUP DR. SARDJITO (2005)
73. PROPOSAL EFEKTIVITAS DUKUNGAN KELUARGA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TERHADAP KONDISI JIWA DI RSUP DR. SARDJITO (2005)
74. PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TH) YANG DIRAWAT DI INSTALASI KESEHATAN ANAK (INSKA) RSUP DRD. SARDJITO (2006)
75. PROPOSAL PENGARUH BERMAIN TERHADAP PERILAKU SOSIALISASI ANAK SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RSUP DR. SARDJITO (2005)
76. PROPOSAL GAMBARAN PENATALAKSANAAN PASIEN PASCA OPERASI DENGAN ANESTASI UMUM DI RUANG PEMULIHAN INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO (2005)
77. PROPOSAL MANFAAT BLADDER TRAINING PADA PASIEN DENGAN PAODER KETELER (2006)
78. KTI PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HYPERMESIS GRAVIDARIUM DI RSUP DR. SARDJITO YK (2000)
79. PROPOSAL DAMPAK ASUPAN GIZI BURUK TERHADAP TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS GONDONGKUSUMA I YK
80. PROPOSAL PERSEPSI SISWA DI SEKOLAH MUHAMMADIYAH I BANTUL TAHUN 2005/2006 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI (2005)
81. PROPOSAL PERUBAHAN POLA MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI KODYA YK (2005)
82. PROPOSAL TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG VIRUS CMV DI RSUD WIROSABAN YK (2005)
83. PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN 2 PADA PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS SEWON II BANTUL YK (2005)
84. PROPOSAL HUB. TINGKAT KEPATUHAN IBU HAMIL MINUM TABLET BASI DAN KEJADIAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II BANTUL YK 2005 (2005)
85. PROPOSAL PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMU MUH 3 YK (2005)
86. PROPOSAL PERSEPSI MAHASISWA-MAHASISWI STIKES WIRA HUSADA TERHADAP MENSTRUASI (2005)
87. PROPOSAL PERSEPSI TERHADAP PERSALINAN DUKUNGAN SUAMI TINGKAT PENDIDIKAN DAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL DI JAJARAN BANTUL YK 2005 (2005)
89. PROPOSAL PERILAKU SEKSUAL PASCA DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA DI RS. DR. SARDJITO (2005)
90. PROPOSAL SIKAP DAN PERILAKU IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI DESA GENENG SEWON BANTUL (2005)
91. PROPOSAL PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS NGEMPLAK II SLEMAN (2005)
92. PROPOSAL HUB. ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMON I KAB. KULON PROGO YK (2002)
93. PROPOSAL PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DALAM MENGONTROL TEKANAN DARAH DI RS. PKU MUHAMMADIYAH BANTUL (2005)
94. KTI PROPOSAL GAMBARAN KEMUDAHAN PENGGUNAAN FORMAT PENGKAJIAN MODAL POLA KESEHATAN FUNGSIONAL GORDON DAN MODEL ADAPTASI ROY DI RS. PK KAB. TEGAL
95. PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS SEWON BANTUL YK 2005 (2005)
96. PROPOSAL PERBEDAAN SKALA KEHANGATAN PRIA DENGAN PERAWAT WANITA DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN KLIEN (2002)
97. PROPOSAL PERAN PERAWAT DALAM PENERAPAN ”DHC” PADA PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK PUSKESMAS DI WILAYAH TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL (2005)
98. PROPOSAL PENYIMPANGAN SEKSUAL SEBAGAI FAKTOR KONFLIKS DALAM PERKAWINAN DI DUSUN PANGGUNG HARJO SEWON BANTUL (2005)
99. PROPOSAL HUB. TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA ASUH ANAK DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAKA PRA SEKOLAH DI PUSKESMAS WIROSABAN II YK 2002
100. PROPOSAL HUB. PEMAPARAN KEBISINGAN DENGAN NILAI AMBANG PENDENGARAN PETUGAS LAPANGAN DI TERMINAL UMBULHARJO YK (2004)
101. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BP ”RS” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN TINOM SIDOARUM GODEAN SLEMAN (2004)
102. PROPOSAL PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI BANGSAL IBNU SINA RSU PKU MUHAMMADIYAH YK (2002)
103. PROPOSAL HUB. MOTIVASI PRAKTEK KLINIK MEDIKAL BEDAH DENGAN PENCAPAIAN KOOPERASI KETERAMPILAN KLINIK PERAWATAN MEDIKAL BEDAH (2002)
104. PROPOSAL PENGARUH PADA IBU HAMIL YANG MENGIKUTI SENAM HAMIL DAN IBU HAMIL YANG TIDAK MENGIKUTI SENAM HAMIL TERHADAP PROSES PERSALINAN DI RT. 04 BENDUNG SEMIN KAB. GUNUNGKIDUL YK
105. PROPOSAL RESPON ADAPTASI TERHADAP GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN STIKES WIRAHUSADA YK (2005) (2005)
106. PROPOSAL HUB. ANTARA KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENJALANKAN TERAPI DIET DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DI POLITEKNIK PENYAKIT DALAM RS. PKU MUHAMMADIYAH YK 03 (2003)
107. PROPOSAL PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA ANAK DI KEL SEWON BANTUL (2005)
108. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BP. ”X” DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER ANGINA DEKTORIS DI RUANG INAP RS PANTI RAPIH YK
109. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI BEDAH JANTUNG (TOF) DI IRI
110. PROPOSAL DAMPAK KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA STIKES WIRAHUSADA YK
111. PROPOSAL KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD WATES KULON PROGO (2005)
112. PROPOSAL HUB. SENAM LANSIA TERHADAP TANDA DAN GEJALA PORSES DEGERATIF DI WILAYAH KAUMAN NGUPASAN GONDOMANAN YK (2005)
113. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PENGOBATAN KEMOTERAPI ANAK PENDERITA LEUKIMIA UMFOBLASTIK AKUT DI RS. SARDJITO YK (2005)
114. KTI KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEHAMILAH EKLOPIK DI RSUP DR. SARDJITO SELAMA 5 TAHUN (2001-2005) (2006)
115. PROPOSAL HUB. TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN PENGAMBILAN DARAH ARTERI DI INSTALASI RAWAT INSTENSIF RS. DR. SARDJITO YK
116. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SDR. “H” DENGAN LIMFOMA NOHN HODOKIN DI IRNA I BANGSAL BOUGENFIL I RS. DR SARDJITO (2005)
117. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BP ”S” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI TUBERKOLOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGLIPAR I (SEMANU I)
118. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ”S” DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG P2A DI RS GRASIA PROP DIY
119. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY ”SW” DENGAN PERSALINAN LETAK SUNGSANG DI KAMAR BERSALIN RSUP DR. SARDJITO YK
120. PROPOSAL PENGARUH SUPLEMEN BESI TERHADAP ANEMIA PADA REMAJA PUTRI ANEMIA DI SMUN 1 WONOSARI THUN 2000
121. PROPOSAL PENGARUH FREKUENSI SENAM NIFAS TERHADAP PERUBAHAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PATUM BANGSAL SAKINAH RSU PKU MUH YK
122. PROPOSAL EFEK PROPOLIS TERHADAP GINJAL MENCIT SWIS YANG TELAH TERINFEKSI PLASMODIUM BERGHEI
123. PROPOSAL PENYELIDIKAN PENULARAN VIRUS FLU BURUNG YANG MENYEBABKAN KEMATIAN 3 WARGA TANGERANG
124. PROPOSAL PENYAKIT EPILEPSI
125. PROPOSAL HUB. ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG TIRAH BARING DENGAN PERAN SERTA IBU DALAM MEMPERTAHANKAN TIRAH BARING PADA ANAK DENGAN TRAUMA KEPALA DI RUANG DAHLIA RSU DATI II BANTUL
126. PROPOSAL KORELASI ANTARA MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN PERAWATAN THERESIA RS. PANTI RAPIH
127. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BISU TULI
128. PROPOSAL PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN DEWASA DI RSU JENDRAL AHMAD YANI KOTA METRO LAMPUNG
129. PROPOSAL TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMUN I PEMENGANG (14-17) TENTANG HIV/AIDS
130. PROPOSAL PERANAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE DAN POST OPERASI KATARAK SINILIS DI BANGSAL MATA RSUD WIROSABAN YK
131. PROPOSAL ANALISIS KEADAAN GIZI BALITA TERHADAP BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUSENAS (2005)
132. PROPOSAL PENGARUH BUKU PANDUAN MALARIA TERHADAP PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA PAKEMBINGANGUN DENGAN DAERAH PENELITIAN SEBELUMNYA TAHUN 2003-2005
133. PROPOSAL ASUHAN KEPRAWATAN STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA BP. N DENGAN KASUS CKB (CIDERA KEPALA BERAT)
134. PROPOSAL HUB. ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI KRAPIOTIK ANAK USIA PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YK
135. PROPOSAL HUB. POLA KONSUMSI GANDUM PADA LANSIA YANG BERESIKO TERKENA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI DESA CANDI MAS KOTA BUMI LAMPUNG UTARA TAHUN 2005
136. PROPOSAL PENGARUH PEMBERIAN THREAT TERHADAP PARTISIPASI WANITA DALAM PROGRAM SKRING KANTOR SERVIS DI POLIKLINIK KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RS. DR. SARDJITO YK
137. PROPOSAL HUB. KONSUMSI ALKHOHOL DAN FOLAT TERHADAP RESIKO KETERPARAKAN KANKET PAYUDARA WANITA USIA 30-70 TAHUN DI DESA SONOSEWU RT. 04 TAHUN 2005
138. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. “Y” DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI IRJI RSUP DR. SARDJITO YK
139. PROPOSAL PENDEKATAN KOMPEHENSIP TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN LANSIA
140. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.”SW” DENGAN PERSALINAN LETAK SUNGSANG DI KAMAR BERSALIN RSUP DR. SARDJITO YK
141. PROPOSAL HUB. ANTARA POLUSI PABRIK BATU KAPUR DENGAN TUBERCOLOSIS ANAK DESA KAGOTAN RT. 05 RW. 05 PLERET BANTUL
142. PROPOSAL INDEKS MASA TUBUH (IMT) DAN LINGKAR PERUT (Lpe) SEBAGAI PREDIKATOR KEJADIAN HIPERTENSI PADA KARYAWAN DEWASA LANJUT
143. PROPOSAL TINGKAT PENGETAHUAN IBU POST PORTUM PRIMIPARA TENTANG PERAWATAN PERINEUM DI RUANG PERAWATAN CAROLUS BOROMELUS IV RS. PANTI RAPIH YK
144. .PROPOSAL HUB. ANTARA PENERAPAN PERAWATAN ATRAUMATIK DENGAN RESPON KECEMASAN ANAK SELAMA DILAKUKAN KEPERAWATAN LUKA POST OPERASI DI IRNA I CENDANA 4 RSUP DR. SARDJITO YK
145. PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN AN. ”Y” DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTROENTERIS SEDANG DI BANGSAL ANAK SERUNI I RSU MUNTILAN
146. PROPOSAL PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATAKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STIKES WIRAHUSADA YK (2005)
147. PROPOSAL PERSEPSI IBU TERHADAP BAYI LAHIR RENDAH DI INSTALASI MATERNAL PERINATAL RSUD WONOSARI PADA TAHUN 2005 (2005)
148. PROPOSAL PENERAPAN KEPERAWATAN MODEL SELFCARE PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP ELISABETH RS. PANTI RAPIH YK TH. 2001 (2001)
149. PROPOSAL PENGARUH TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG BEDAH RS. PKU MUHAMMADIYAH YK 2002 (2002)
150. PROPOSAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERAN DAN TINGKAT KECEMASAN PADA ORANG TUA TUNGGAL DI DESA PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL YK (2005)
151. PROPOSAL HUB. ANTARA PERAN SERTA KELUARGA DALAM PERAWATAN PENDERITA STROKE DENGAN KONSEP DIRI PENDERITA STROKE DI RSUP DR. SARDJITO
152. PROPOSAL PELAKSANAAN METODE PRIMER MODIFIKASI HUB. PROFESIONAL DAN PENDOKUMENTASIAN DI RUANG IRNA IV RS. DR. SARDJITO (2005)
153. PROPOSAL PERKEMBANGAN EMOSIONAL REMAJA AWAL DI SMPN 2 SEWON BANTUL YK (2005)
154. PROPOSAL PENGETAHUAN SIKAP DAN PRAKTIK KEBIASAAN BUANG AIR BESAR PADA KEPALA KELUARGA DI DUSUN BOLAWEN TLOGODADI MLATI SLEMAN

JUDUL-JUDUL SKIPSI KEPERAWATAN

Judul Skripsi Keperawatan

1.Pengaruh Interaktif antara pengaktif strategi kognitif dan gaya kognitif siswa terhadap perolehan belajar di bidang keperawatan klinik

2.Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan keperawatan pasca persalinan pada ibu di ruang rawat inap kebidanan RSAB Harapan Kita, Jakarta, 1996

3.Karakteristik perawat terhadap pelaksanaan proses keperawatan di ruang rawat inap RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor, tahun 1997

4.Analisis fungsi rekrutmen pada manajemen sumber daya manusia bidang keperawatan di Rumah Sakit Muhammadiyah, Bandung

5.Analisis beban kerja keperawatan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga perawat di Bagian Rawat Inap Umum Rumah Sakit Islam, Jakarta Timur

6.Pengembangan manajemen asuhan keperawatan dalam rangka persiapan akreditasi rumah sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Serang

7.Analisis korelasi pelaksanaan kegiatan dengan ketrampilan gugus kendali mutu asuhan keperawatan di RSUP Fatmawati, Jakarta

8.Evaluasi hasil pelatihan penerapan standar asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal

9.Analisis pekerjaan keperawatan sebagai acuan penyusunan kompensasi : studi di instalasi rawat inap RSU Ungaran

10.Hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik dengan pelaksanaannya dalam

Jumat, 12 Juni 2009

KONSEP PERAWAT

KONSEP OPERASI
Pada era tahun 80-an, tujuh dari delapan pasien bedah di rumah sakit setidaknya memerlukan menginap satu malam di rumah sakit. Sekarang ini, diperkirakan bahwa 60% pembedahan dilakukan di unit-unit rawat jalan. Pada waktu yang sama, di mana terjadi kemajuan teknologi, pelayanan dan pembayaran untuk perawatan kesehatan juga berubah, mengakibatkan lama hari rawat yang lebih singkat dan tindakan dengan biaya efektif (Brunner & Suddath, 2002). Sebagai akibatnya, banyak orang yang dijadwalkan untuk pembedahan menjalani persiapan diagnostik dan praoperatif sebelum masuk rumah sakit. Mereka juga meninggalkan rumah sakit lebih cepat, meningkatkan kebutuhan akan penyuluhan klien, perencanaan pemulangan (discharge planning), persiapan untuk perawatan diri, dan rujukan untuk perawatan rumah dan layanan rehabilitatif.
Bedah ambulatori, pembedahan sehari mengharuskan perawat untuk mempunyai pengetahuan yang solid mengenai semua aspek perawatan klien bedah. Pengetahuan keperawatan praoperatif dan pascaoperatif tidak lagi memadai; perawatan yang lengkap harus mencakup pemahaman tentang aktivitas intraoperatif.
Pasien yang menjalani pembedahan tetaplah seorang individu yang memiliki kebutuhan, ketakutan, dan masalah-masalah yang sangat nyata seperti individu yang lain, serta menghadapi peristiwa-peristiwa besar yang sering terjadi dalam kehidupan. Bagi pasien yang akan menjalani pembedahan, melewati perawatan dari banyak kelompok perawat yang berbeda merupakan suatu masalah. Biasanya kelompok dokter yang merawat pasien di bangsal dan yang melakukan pembedahan adalah kelompok yang sama. Di dalam suatu bangsal bedah, jumlah kelompok perawat bisa mencapai 6 orang, yang semuanya memiliki ketrampilan spesialis, dan mereka terlibat dalam perawatan sejak pasien masuk ke bangsal bedah untuk dilakukan pembedahan, sampai pasien kembali ke bangsal, hingga pasien pulih dari efek dini pembedahan.
Peran perawat sebagai advokat pasien sangat penting selama waktu yang disebut sebagai periode peri-operatif. Biasanya pasien memiliki pengetahuan yang sangat sedikit tentang setiap prosedur yang dilakukan dalam lingkungan yang asing dan sangat teknis, dimana orang-orang menyembunyikan wajahnya di belakang masker. Karena kondisi fisik dan prosedur yang akan dilakukan selama pembedahan, pasien tidak akan memiliki kemampuan fisik untuk menjada keselamatan diri mereka. Pasien bisa, atau tidak bisa dibuat tidak sadar, dengan diberikan anestetik umum. Bila pasien sadar dan menjalani analgesia lokal, maka setiap pasien masih bergantung pada perawatan yang diberikan kepada mereka, karena kemungkinan pasien sangat mengantuk akibat pengobatan yang hampir pasti diberikan untuk menghilangkan ansietas.
Dewasa ini, kita harapkan pasien telah mendapatkan informasi yang cukup, sehingga mereka berkenan memberikan persetujuan atas pembedahan yang akan dilakukan. Pemahaman tentang sesuatu yang akan terjadi, telah terbukti bermanfaat dalam mengurangi ansietas yang selalu muncul saat menghadapi situasi berbahaya seorang diri, dalam lingkungan asing dan tanpa dukungan yang kita harapkan ada untuk menjalani hidup.
PENGERTIAN
v Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Hancock, 1999).
v Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan (Brunner & Suddarth, 2002).
v Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan — praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
Kesimpulan :
Operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan.
KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan klien.
Fase-fase Pengalaman Pembedahan dan Lingkup Aktivitas Perawat :
1. Fase Praoperatif
Peran perawat dimulai ketika keputusan untuk intervensi pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dikirim ke meja operasi.
Lingkup aktivitas perawat :
- pengkajian dasar klien (di rumah sakit atau di rumah)
- wawancara praoperatif
- persiapan anestesia
- persiapan pembedahan
2. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika klien masuk atau dipindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat klien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Lingkup aktivitas perawat :
- memasang IV-line (infus)
- memberikan medikasi intravena
- melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan
- menjaga keselamatan klien (menggenggam tangan klien, mengatur posisi klien)
3. Fase Pascaoperatif
Dimulai dengan masuknya klien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
Lingkup aktivitas perawat :
- mengkaji efek dari agens anesthesia
- memantau fungsi vital
- mencegah komplikasi
- peningkatan penyembuhan klien
- penyuluhan
- perawatan tindak lanjut
- rujukan yang penting untuk penyembuhan
- rehabilitasi
- pemulangan




















Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://repository.gunadarma.ac.id:8000/Kommit2004_psikologi_024_258.pdf.
G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.
________________________________________
Page 1
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN: 18582559
MAKNA PROFESIONALISME PERAWAT
DALAM PERSPEKTIF PASIEN
(PENDEKATAN KUALITATIF)
M.M. Nilam Widyarini
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 - Depok 16424
panil@cbn.net.id
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami makna perawat yang profesional ditinjau dari
perspektif pasien. Berdasarkan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode grounded theory,
peneliti berusaha menemukan dimensi-dimensi yang tercakup dalam pengertian perawat yang
professional, dan perilaku yang harus dikembangkan oleh perawat yang profesional. Manfaat dari
penelitian ini adalah; (1) khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, penelitian mi
menyumbangkan model teoritik mengenai profesionalisme perawat dari perspektif pasien, yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan naturalistik dalam konteks yang khas Indonesi; (2) dengan
model-teori ini dapat disusun suatu desain intervensi yang sesuai untuk mengembangkan
profesionalisme perawat di Indonesia, sesuai dengan harapan pasien. Model-teori yang yang
dihasilkan dari penelitian ini digambarkan bahwa dengan kondisi sakitnya pasien memerlukan
bantuan profesional. Ketika pasien dalam kondisi yang lemah, tidak mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri, ia sangat bergantung pada jasa perawatan rumah sakit.. Oleh sebab itu
kompetensi atau profesionalisme perawat sangat diperlukan dalam usaha penyembuhan penyakit
pasien. Dengan kompetensi yang dimiliki oleh para perawat, para pasien akan merasakan makna
profesionalisme perawat baginya. Mengenai kompetensi perawat, perilaku apa yang perlu
dikembangkan oleh perawat, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Kata kunci: perawat, professional, pasien
1. PENDAHULUAN
Perawat adalah tulang punggung
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mereka
harus selalu siaga selama 24 jam untuk
melakukan tugas-tugas rutin, dan menghadapi
berbagai situasi darurat seperti kondisi
kesehatan pasien yang kritis, menghadapi
kesulitan keluarga pasien, dan sebagainya.
Namun demikian, di kalangan pekerja
kesehatan perawat masih dianggap sebagai
pekerja kelas dua, di bawah dokter, sehingga
profesionalisme seolah-olah hanya diperlukan
untuk dokter.
Hal ini berbeda dengan apa yang menjadi
harapan masyarakat. Adalah kenyataan bahwa
masih banyak keluhan masyarakat (pasien dan
keluarga pasien) terhadap kualitas pelayanan
perawat di rumah sakit. Sering terdengar di
lingkungan sekitar kita atau terbaca di media
massa berbagai keluhan mengenai sikap dan
tindakan perawat yang mengecewakan: galak,
judes, kurang perhatian, kurang tanggap,
kurang trampil, dan sebagainya. Hal ini
menunjukkan bahwa profesionalisme perawat
sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Pentingnya profesionalisme perawat
dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa perawat berperanan
penting dalam usaha penyembuhan pasien.
Salah satu penelitian, Nuralita & Hadjam
(2002) menemukan adanya korelasi negatif
yang signifikan antara persepsi tentang layanan
Makna Profesionalisme..
(M.M. Nilam Widyarini)
P229
________________________________________
Page 2
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005 -
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN : 18582559
keperawatan di rumah sakit dengan kecemasan
pasien rawat inap. Persepsi tentang layanan
keperawatan di rumah sakit memiliki
sumbangan efektif sebesar 14,5% terhadap
kecemasan pasien. Penelitian lain, Novrita
(2004) menemukan bahwa empati perawat
memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
motivasi sembuh pasien kangker.
Mengingat pentingnya profesi perawat
bagi kesembuhan pasien, terasa bahwa
diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan
profesionalisme perawat Selama ini dunia
pendidikan perawat telah mengembangkan
kurikulum yang tentunya telah
dipertimbangkan sebaik mungkin. Namun
demikian, mengingat bahwa hasil pendidikan
yang ada masih banyak yang belum
memuaskan pasien maupun keluarga pasien,
maka diperlukan studi yang dapat memberikan
masukan bagaimana profesionalisme perawat
ditinjau dari perspektif pasien.
Makna Sakit Bagi Pasien
Sakit, menurut definisi klasik dari
Sternbach (Baylor, 1982) adalah konsep
abstrak yang menunjuk pada: (a) sensasi luka
yang sifatnya pribadi (private, personal); (b)
suatu stimulus berbahaya yang saat ini atau di
masa mendatang merusak jaringan tubuh; (c)
pola respon yang beroperasi melindungi
organisme dari bahaya. Definisi ini
menggabungkan hipotesis bahwa sakit bukan
hanya merupakan stimulus dan respon, namun
juga merupakan pengalaman subjektif dengan
fungsi protektif.
Sakit merupakan pengalaman subjektif
yang sulit dimengerti oleh orang lain, termasuk
perawat. Hal ini digambarkan oleh Copp
(Baylor, 1982) dari hasil survey yang
dilakukannya. Copp melaporkan bahwa banyak
pasien merasa bahwa para perawat tidak peduli
terhadap respon sakit para klien (pasien).
Pétrie (Baylor, 1982), melihat kenyataan
adanya berbagai persepsi mengenai
pengalaman sakit, ia mengembangkan gagasan
membedakan individu sebagai augmentors atau
reducers. Augmentors adalah orang yang
membesar-besarkan pengalaman sakit, dan
sebaliknya reducers adalah orang yang
memperkecil pengalaman sakit. Perawat
maupun pasien, ada yang termasuk
augmentors, dan ada pula yang termasuk
reducers. Kombinasi augmentors dan reducers
di antara perawat dan pasien, dapat
menghasilkan komplikasi dalam menjajagi dan
menangani pasien dengan pengalaman sakit.
Bagi semua orang, fenomena sakit
adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Namun, bagaimanapun juga banyak pasien
yang melaporkan bahwa pengalaman sakit
dapat bernilai atau merupakan peristiwa yang
bermakna baginya (Baylor, 1982). Baylor
mengutip pandangan seorang humanis, Joyce
Travelbee, bahwa sakit dan penderitaan dapat
menjadi aktualisasi diri bila seseorang dibantu
untuk menemukan makna dalam pengalaman
sakitnya. Membantu pasien menemukan makna
seperti itu merupakan tugas professional
perawat yang sulit, dan harus dilakukan, tidak
dapat dihindari.
Kompetensi Perawat Profesional
Lokakarya Keperawatan Nasional tahun
1993 (Hadjam, 2001) mendefinisikan
keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan
professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif serta ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan
manusia.
Hamid (1999), dalam bukunya "Aspek
Spiritual Dalam Keperawatan" menguraikan
sebagai berikut:
"Perawat sebagai tenaga kesehatan
yang professional mempunyai
kesempatan yang paling besar untuk
memberikan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan/asuhan
keperawatan yang komprehensif
dengan membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar yang holistic.
Perawat memandang klien sebagai
makhluk bio-psiko-sosiokultural-
spiritual yang berespon secara holistic
dan unik terhadap perubahan
P230
Makna Profesionalisme...
(M.M. Nilam Widyarini)
________________________________________
Page 3
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN : 18582559
kesehatan atau terhadap keadaan
krisis. ... Perawat berusaha untuk
memenuhi kebutuhan spiritual klien,
walaupun perawat dan klien tidak
mempunyai keyakinan spiritual atau
keagamaan yang sama.
(Hamid, 1999: 1)
Baik dari definisi yang dirumuskan
dalam lokakarya maupun dari uraian Hamid di
atas, nampak bahwa pelayanan perawat bersifat
komprehensif, bio-psiko-sosio-spiritual, serta
ditujukan baik terhadap pasien maupun
keluarga pasien, dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia.
Untuk aspek pelayanan secara umum,
Sugiharto (Hadjam, 2002) mengemukakan
adanya empat dimensi kualitas pelayanan:
1. Responsibility atau tanggung jawab:
merupakan tanggung jawab yang
mencakup kecepatan dan ketepatan dalam
memberikan pelayanan serta keakuratan
dalam memberikan informasi.
2. Responsiveness atau kepekaan: yaitu
diiringi dengan tindakan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan tersebut.
3. Assurance atau kepastian pelayanan: yaitu
bentuk layanan langsung dalam membantu
pasien, yang didukung dengan
pengetahuan dan ketrampilan.
4. Emapti, merupakan kemampuan untuk
memahami dan memperhatikan kondisi
psikologis pasien, yang dalam hal ini
diperlukan upaya untuk memberikan
kenyamanan kepada pasien.
Selama tiga dekade terakhir, Lenburg
mengembangkan Concepts and Methods of The
Competency Outcomes and Performance
Assessment (COPA) berdasarkan karyanya
yang luas di New York Regentts College
Nurshing Program (1973-1991) dan berbagai
jenis pendidikan, organisasi, dan pelayanan
(Lenburg, 1999). Model COPA tersebut berupa
kerangka susunan kompetensi dan pengukuran
kinerja yang dapat diterapkan untuk berbagai
jenis pekerjaan jasa pelayanan, termasuk untuk
perawat. Model tersebut sederhana, namun
komprehensif, seperti dapat dilihat pada Tabel
1.
kepekaan terhadap kebutuhan pasien yang
Tabel 1. Delapan Kompetensi Praktis dari Lenburg, dengan Contoh Sub-Ketrampilan
1. Ketrampilan Assesment dan Intervensi
a. perlindungan dan keamanan
b. assessment dan monitoring
c. terapi dan prosedur-prosedur treatment
2. Ketrampilan Komunikasi
a. ketrampilan oral
(1) berbicara, mendengarkan, dengan seseorang
(2) wawancara; mengenali sejarah
(3) diskusi kelompok, interaksi
(4) menuturkan, menunjukkan, melaporkan
b. ketrampilan menulis
(1) laporan klinik, rencana perawatan, charting
(2) laporan agency,-forms, nemo-memo
(3) artikel, manual
c. ketrampilan menghitung (pemrosesan informasi dengan komputer)
(1) berkaitan dengan klien, agencies, dan otoritas lain
(2) berkaitan dengan pencarian informasi dan inquirí
(3) berkaitan dengan tanggungjawab professional
3. Ketrampilan Berpikir Kritis
a. evaluasi; mengintegrasikan data pasien dari berbagai sumber
Makna Profesionalisme ..
(M.M. Nilam Widyarini)
P231
________________________________________
Page 4
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN: 18582559
b. pemecahan masalah; penalaran diagnostik; mencintakan alternatif
c. pengambilan keputusan; pengambilan prioritas
d. inquirí ilmiah; proses riset
Ketrampilan Human Caring dan Relasi Sosial
a. moralitas, etik, legalitas
b. penghargaan terhadap budaya; hubungan interpersonal kerjasama
c. advokasi klien
Ketrampilan Manajemen
a. administrasi, organisasi, koordinasi
b. perencanaan, pendelegasian, supervisi
c. pemanfaatan sumberdaya manusia dan material
d. akuntabilitas dan tanggungjawab
Ketrapilan Kepemimpinan
a. kolaborasi, assertiveness, pengambilan resiko
b. kreativitas, visi untuk merumuskan alternatif
c. perencanaan, antisipasi, didukung data
d. akuntabilitas professional, peran-peran behavioral, penampilan
Ketrampilan Pengajaran
a. individual dan kelompok; klien, rekan sekerja, dan orang lain
b. promosi kesehatan; pemulihan kesehatan
Ketrampilan Mengintegrasikan Pengetahuan
a. perawatan, perawatan kesehatan dan disiplin-disiplin yang diperlukan
b. seni liberal, ilmu-ilmu alam dan social, dan disiplin-disiplin yang diperlukan.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
pertanyaan utama (grand-tour question) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah: Apa
makna perawat yang profesional bagi pasien?
Di samping itu, terdapat dua pertanyaan
minor (sub-questions), yaitu:
1. Dimensi-dimensi apa yang tercakup dalam
pengertian perawat professional?
2. Perilaku apa yang harus dikembangkan
oleh perawat yang professional ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk
memahami makna perawat yang professional
ditinjau dari perspektif pasien.
Berdasarkan pendekatan kualitatif dan
menggunakan metode grounded theory,
peneliti berusaha menemukan dimensi-dimensi
yang tercakup dalam pengertian perawat yang
professional, dan perilaku yang harus
dikembangkan oleh perawat yang professional.
Selanjutnya, berdasarkan hasil tersebut
diarahkan untuk menghasilkan suatu model
teoritis yang menggambarkan profesionalisme
keperawatan.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil yang diperoleh,
penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Untuk psikologi, khususnya dalam bidang
Psikologi Industri dan Organisasi,
penelitian ini menyumbangkan model-teori
mengenai profesionalisme perawat dari
perspektif pasien, yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan naturalistik dalam
konteks yang khas Indonesia.
2. Dalam sisi praktis, dengan model-teori
yang sesuai dengan konteks asli Indonesia
ini dapat disusun suatu desain intervensi
yang sesuai untuk mengembangkan
profesionalisme perawat di Indonesia,
sesuai dengan harapan pasien.
P232
Makna Profesionalisme ...
(M.M. Nilam Widyarini)
________________________________________
Page 5
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN: 18582559
2. METODOLOGI
Pendekatan
Penelitian ini berorientasi pada makna,
yaitu makna profesionalisme perawat ditinjau
dari perspektif pasien. Yang ingin ditemukan
adalah model teoritik mengenai
profesionalisme perawat, dengan
mengandalkan informasi secara langsung dari
pengguna jasa perawat Dengan kata lain
menggunakan pendekatan naturalistic. Dalam
hal ini peneliti berperanan penting sebagai
instrumen dalam keseluruhan proses penelitian.
Dengan demikian, pendekatan yang tepat untuk
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pilihan pendekatan tersebut sesuai
dengan pengertian penelitian kualitatif yang
dikemukakan oleh dua orang pionir dalam
bidang penelitian kualitatif, yakni Denzin dan
Lincoln (1998):
"Qualitative research is many things to
many people. Its essence is twofold: a
commitment to some version of the
naturalistic, interpretive approach to its
subject matter... Qualitative researchers
stress the socially constructed nature of
reality, the intimate relationship between
the researchers and what is studied... ".
(Denzin & Lincoln 1998: 8)
Berdasarkan definisi tersebut kita
ketahui bahwa penelitian kualitatif
mengisyaratkan perspektif yang naturalistic
dan interpretif terhadap apa yang diteliti; dan
dalam jenis penelitian ini secara eksplisit
diperbolehkan adanya interaksi yang dekat
antara si peneliti dengan yang diteliti.
Mengapa penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, di samping penjelasan di
atas, juga karena apa yang ingin diungkap
(yaitu "makna profesionalisme perawat
berdasarkan perspektif pasien") merupakan
sesuatu fenomena yang sulit diungkapkan oleh
metode kuantitatif. Mengenai hal ini Strauss
dan Corbin (1990) telah menjelaskan bahwa
metode kualitatif dapat memberikan rincian
yang kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkapkan oleh metode kuantitatif.
Cassell & Symon (1994) merinci
karakteristik penelitian kualitatif sebagai
berikut: (1) Berfokus pada interpretasi, bukan
kuantifikasi; (2) lebih menekankan
subjektivitas daripada objektivitas; (3) fleksibel
dalam proses penelitian; (4) lebih berorientasi
terhadap proses daripada hasil; (S) peduli
terhadap konteks, yaitu bahwa antara perilaku
dan situasi terdapat hubungan yang tak
terpisahkan dalam membentuk pengalaman; (6)
pengakuan secara eksplisit bahwa proses
peneltian berpengaruh terhadap situasi
penelitian.
Di dalam penelitian kualitatif terdapat
beberapa jenis/ tipe penelitian, seperti
grounded theory, etnografi, pendekatan
fenomenologi, riwayat hidup, content analysis
(Strauss dan Corbin, 1990). Sedangkan
penelitian ini bertujuan mengembangkan suatu
teori berdasarkan fenomena yang ada dalam
situasi yang nyata. Oleh sebab itu tipe
penelitian ini adalah grounded theory.
Grounded theory adalah teori yang
diperoleh secara induktif dari penelitian
tentang fenomena yang dijelaskannya (Strauss
dan Corbin, 1990). Pendekatan yang digunakan
untuk menghasilakan grounded theory juga
dinamakan pendekatan grounded theory.
Partisipan
Dengan menggunakan teknik snow-ball
sampling, secara keseluruhan penelitian ini
melibatkan enam orang informan atau
partisipan, terdiri dari 5 orang yang pernah
menjalani rawat inap di rumah sakit paling
sedikit selama seminggu (7 hari) dan seorang
anggota keluarga (istri) yang berinteraksi
secara intensif dengan perawat untuk keperluan
suami yang mengalami stroke dan tidak
sadarkan diri.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara mendalam (indepth-
interview), yang merupakan metode utama
dalam berbagai penelitian kualitatif.
Wawancara dilakukan dengan cara semi
terstruktur, yaitu mencakup penggunaan
interviw guide (panduan wawancara) yang
berisi daftar pertanyaan, namun peneliti
Makna Profesionalisme..
(M.M. Nilam Widyarini)
P233
________________________________________
Page 6
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN: 18582559
dimungkinkan melakukan pendalaman
(probing) di luar panduan wawancara (Berg,
dalam Wu, 2003).
Wawancara terhadap semua partisipan
dilakukan dengan menggunakan alat bantu
taperecorder, untuk menjamin keutuhan
informasi.
Analisis Data
Langkah yang ditempuh sebelum
melakukan analisis data terhadap hasil
wawancara adalah membuat transkrip rekaman
wawancara. Selanjutnya data yang berupa
dokumen teks tersebut direviu isinya
berdasarkan pertanyaan penelitian (Pielstick,
dalam Himam, 2002); dan dianalisa dengan
tahapan analisas grounded theory, open
coding, axial coding dan selective coding
(Strauss dan Corbin,1990).
a. Open Coding: proses menguraikan,
memeriksa, membandingkan,
mengkonsepkan, dan mengkategorikan
data. Terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam tahapan ini, yaitu dengan
analisis baris per baris; kalimat per kalimat
atau per paragraph dengan mencari
gagasan utam yang terkandung di
dalamnya; dan dapat juga menggunakan
seluruh dokumen, dengan mempertanyakan
apa yang menyebabkan dokumen ini sama
atau berbeda dengandokumen yang telah
dianalisis sebelumnya.
b. Axial coding: serangkaian prosedur
penyusunan data dengan cara-cara baru
setelah open coding, dengan membuat
kaitan antar kategori. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan paradigma
pengkodean yang mencakup kondisi,
konteks, strategi aksi/interaksi, dan
konsekuensi.
c Selective coding: proses memilih kategori
utama, hubungan kategori utama tersebut
dengan kategori yang lain secara
sistematis, validasi hubungan antar
kategori, memperbaiki kategori yang perlu
diperbaiki dan dikembangkan lebih lanjut.
Metode analisis grounded theory ini
dalam berbagai literatur sering disebut sebagai
metode analisis melalui pembandingan terus-
menerus (the constant comparative method of
analysis) (Glaser & Strauss, dalam Strauss dan
Corbin,1990).
Keabsahan Data
Yin (Poerwandari, 2001) mengajukan
empat kriteria keabsahan dan keajegan yang
diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif.
Empat hal tersebut adalah keabsahan konstrak
(construct validity), keabsahan internal
(internal validity), keabsahan eksternal
(external validity), dan keajegan (reliability).
Keabsahan konstrak dalam penelitian ini
ditempuh terutama dengan trianggulasi sumber,
yakni dengan melibatkan beberapa nara sumber
untuk diperbandingkan satu dengan yang lain
dalam menemukan makna. Di samping itu juga
dengan trianggulasi teori, yaitu dengan
menggunakan berbagai macam teori yang
berlainan untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Hal ini
dapat dicapai dengan cara induktif atau logika.
Secara induktif dilakukan dengan
menyertakakan usaha pencarian cara lain untuk
mengorganisir data yang kemungkinan
mengarah pada upaya penemuan lain. Secara
logika dilakukan dengan cara memikirkan
kemungkinan logis lainnya dan kemudian
melihat apakah kemungkinan-kemungkinan itu
dapat ditunjang oleh data.
Keabsahan internal (merupakan konsep
yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan
hasil penelitian menggambarkan keadaan yang
sebenarnya) dalam peenelitian ini dicapai
dengan cara analisis dan interpretasi yang
tepat.
Keajegan, mengacu pada kemungkinan
penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek
yang sama. Untuk meningkatkan keajegan,
digunakan protokol penelitian yang jelas
seperti pedoman wawancara yang membuat
pertanyaan yang diajukan menjadi jelas dan
terarah.
3. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Partisipan
Partisipan penelitian ini terdiri dari 6
orang: lima orang wanita dan seorang pria,
P234
Makna Profesionalisme ...
(M.M. Nilam Widyarini)
________________________________________
Page 7
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN: 18582559
dengan latar belakang pendidikan, usia, dan pekerjaan sebagai berikut (Tabel 2):
Table 2. Deskripsi Subjek
1
Wanita
Wanita
Pria
Wanita
Wanita
Wanita
57 tahun
60 tahun
42 tahun
40 tahun
35 tahun
22 tahun
Sarjana muda
SMA
SI
SI
S2
Mahasiswa SI
Ibu rumah tg
Ibu rumah tg
Pastor
Ibu rumah tg
Dosen
Mahasiswa
Hasil Analisis Data
Dengan keadaan yang sakit, para pasien
dalam penelitian ini mengalami emosi yang
negatif, seperti gelisah, bingung, tidak nyaman,
dan menjadi sensitif. Hal ini merupakan
perasaan subjektif, seperti yang dijelaskan oleh
Sternbach (Baylor, 1982) dan Copp (Baylor,
1982). Dalam keadaan seperti ini para pasien
di rumah sakit berharap mendapatkan perhatian
dari perawat. Namun demikian, kenyataannya
tidak semua perawat mau peduli terhadap
respon sakit para pasien. Beberapa partisipan
dalam penelitian ini mengaku bahwa para
perawat pada umumnya memperhatikan pasien
dengan baik, namun beberapa orang yang lain
merasa belum mendapatkan perhatian yang
tulus-ikhlas dan tindakan yang tepat dari
perawat, bahkan masih ditemukan adanya
tindakan-tindakan yang tidak etis.
Baik yang puas maupun yang tidak puas
terhadap para perawat yang merawat dirinya,
para partisipan menemukan makna bahwa
keberadaan perawat itu sangat penting, dan
bahwa mereka sangat membutuhkan perawat,
professional. Makna yang ditemukan dari para
partisipan antara lain: (a) Perawat dirasa sangat
membantu; (b) Dengan profesionalismenya
perawat tidak melakukan kesalahan perawatan;
(c) Perawat mampu menenangkan pasien; (d)
Dirasa dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Berdasarkan apa yang dibutuhkan pasien
dan informasi dari para partisipan mengenai
kompetensi professional perawat, maka seperti
yang diharapkan dari penelitian ini, dapat
disusun suatu teori mengenai profesionalisme
perawat dari perspektif pasien. Berbagai jenis
ketrampilan seperti yang dituangkan dalam
konsep Model COPA (Concepts and Methods
of The Competency Outcomes and
Performance Assessment) dari Linburg (1999)
juga ditemukan dalam kenyataan di lapangan,
namun tidak seluruhnya. Oleh sebab itu teori
mengenai profesionalisme perawat yg
dihasilkan dari penelitian ini beberapa
bagiannya memiliki kesamaan dengan jenis-
jenis ketrampilan dari Model COPA, namun
tidak seluruhnya sama.
Dalam Gambar 1 disajikan model teoritik
yang menjelaskan bagaimana keterkaitan
antara rasa sakit yang dialami oleh pasien,
makna perawat dari perspektif pasien, serta
kompetensi professional perawat dari
perspektif pasien.
Dalam teori tersebut digambarkan bahwa
dengan kondisi sakitnya pasien memerlukan
bantuan profesional. Selain dokter, bila pasien
dalam kondisi yang lemah, tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri, ia
sangat bergantung pada jasa perawat. Oleh
sebab itu kompetensi atau profesionalisme
perawat sangat diperlukan dalam usaha
penyembuhan penyakit pasien. Dengan
kompetensi yang dimiliki oleh para perawat,
para pasien akan merasakan makna
profesionalisme perawat baginya.
Mengenai kompetensi perawat, dalam
teori tersebut belum tercakup indikator serta
contoh-contoh perilaku dari tiap-tiap dimensi
kompetensi professional perawat. Namun
demikian, bahwa salah satu tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perilaku apa yang
perlu dikembangkan oleh perawat, hal tersebut
dapat dilihat pada hasil open coding, pada
Tabel 3.
Makna Profesionalisme ...
(M.M. Nilam Widyarini)
P235
________________________________________
Page 8
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 200S
ISSN : 18582559
Kompetensi Perawat
Kondisi Sakit
Fisik
tidak sadar, tidak
dapat beraktivitas
secara normal,
infeksi, luka, nyeri.
Perasaan
gelisah, bingung,
tidak nyaman, dan
menjadi sensitif
Afektif:
Pelayanan
Ketrampilan
• Assesment dan
Intervensi
• Komunikasi
• Berpikir Kritis
• Manajemen
• Kepemimpinan
• Pengajaran
Etik Profesi
• Human Caring
• Relasi Sosial
l=>
Makna Perawat
Dirasa sangat mem-
bantu
Tidak melakukan
ke-salahan
perawatan
Mampu
menenangkan pasien
Dirasa dapat
memper-cepat
kesembuhan pa-sien.
Gambar 1. Teori Profesionalisme Perawat, Dari Perspektif Pasien
Tabel 3. Tema Umum Kompetensi Perawat Professional, dari Perspektif Pasien
AFEKTIF
• Pelayanan
• tanggung jawab
• kepekaan
• perawatan teratur
• ramah, sabar
• assurance/
kepastian
• membantu tanpa diminta
pelayanan
• bertanya dan menghibur
• empati
pasien
KETRAMPILAN
• Assesment dan
• perlindungan
dan
• ada petugas jaga di malam
Intervensi
keamanan
hari
• Oi^ess^ent
dan
• pemeriksaan dasar, dan
monitoring
memantau hasil rekam
• terapi dan
prosedur-
medik
prosedur treatment
• memandikan,
memindahkan pasien yang
tidak dapat berjalan
• memasang infus dengan
tepat
• Komunikasi
• ketrampilan oral
• berbicara & mendengarkan
pasien
• menjelaskan treatment
• memberi informasi hasil
pemeriksaan dasar (suhu,
dsM
P236
Makna Profesionalisme...
(M.M. Nilam Widyarini)
________________________________________
Page 9
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN : 18582559
ketrampilan menulis
ketrampilan menghitung /
pemrosesan informasi
dsb)
• laporan klinik, rencana
perawatan
• membuat petunjuk tertulis
(manual)
• menghitung obat secara
tepat
• mencari informasi yang
dibutuhkan pasien
Tabel 3. Tema Umum Kompetensi Perawat Professional, dari Perspektif Pasien (lanjutan)
KETRAMPILAN
Berpikir Kritis
Manajemen
Kepemimpinan
Pengajaran
evaluasi; mengintegrasikan
data pasien dari berbagai
sumber
pemecahan masalah
pengambilan keputusan
administrasi, koordinasi
perencanaan,
pendelegasian, supervisi
kolaborasi, assertiveness,
pengambilan resiko
kreativitas
akuntabilitas professional,
peran-peran behavioral,
penampilan
• petunjuk-petunjuk praktis
• promosi kesehatan;
pemulihan kesehatan
mengenali kesalahan resep
• memberi alternatif
mengatasi kesulitan pasien
• melakukan pertolongan
darurat
• membagi shift kerja
• membuat catatan medik
• berbagi tugas dengan
rekan kerja
• membujuk pasien yang
bandel dengan sabar
• bercerita pengalaman
untuk menghibur pasien
• tampil dengan ramah
namun tetap tegas, disiplin
tinggi
• mengajarkan kepada
pasien atau keluarga
pasien untuk
menggunakan alat-alat
tertentu di rumah.
• menjelaskan cara
perawatan di rumah
Makna Profesionalisme ...
(MM. Nilam Widyarini)
P237
________________________________________
Page 10
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN: 18582559
Tabel 3. Tema Umum Kompetensi Perawat Professional, dari Perspektif Pasien (lanjutan)4
ETIK PROFESI
Human Caring
• Relasi Sosial
• moralitas, legalitas
• advokasi klien
• penghargaan terhadap
budaya
• kerjasama
• tidak melakukan mal-
praktek:
menggelembungkan jumlah
pemakaian alat-alat yang
harus dibeli pasien, dsb.
• memberikan hak-hak pasien
akan informasi, dsb, tanpa
memebeda-bedakan.
• ramah sesuai dengan budaya
asli
• bekerja secara tim
4. DAFTAR PUSTAKA
[1] M.W. Baylor, "The Need for Freedom
from Pain", dalam Human Needs and
The Nurshing Process (Ed: M.B.Walsh),
Connecticut: Prentice-Hall, Inc, 1982.
[2] Cassell, & G. Symon, "Qualitative [7]
Research in Work Contexts", dalam
Qualitative Methods in Organizational
Research (Eds: Cassell, C. & Symon, [8]
G.), New Delhi: Sage Publications,
1994.
[3] N. Denzin & Y. Lincoln, "Introduction:
Entering the Field of Qualitative
Research", dalam The Landscape of [9]
Qualitative Research Volume I-IV (Eds.:
N. Denzim & Y. Lincoln), Thousand
Oaks, CA: Sage, 1998.
[4] M. N-R Hadjam, "Efektivitas Pelayanan
Prima Sebagai Upaya Meningkatkan
Pelayanan di Rumah Sakit (Perspektif
Psikologi)". Jurnal Psikologi, No 2, 105- [10]
115,2001.
[5] A.Y.S. Hamid, Buku Ajar: Aspek
Spiritual Dalam Keperawatan, Jakarta:
WidyaMedika, 1999.
[6] F. Himam, "Inventing the Future: A [11]
Meta-Ethnographic Analysis towards
Undestanding the Process of Individual
and Organizational Adaptive Strategies
to Change", A Dissertation. Faculty of
the Graduate College at the University of
Nebraska, 2002.
Jackson, "Healing Ourselves, Healing
Others". Holistic Nursing Practice,
Jul/Aug, 18,4, 199-210,2004.
Kurniadi, "Kunci Kekuatan Pelayanan
Kesehatan di Indonesia yang Dilupakan",
24 Nopember 2004,
http://www.sinarharapan.co.id/iDtek/kese
hatan/lalu.hlml.
C.B. Lenburg, The Framework, Concepts
and Methods of The Competency
Outcomes and Performance Assessment
(COPA) Model.ûrie//ne Journal of
Issues in Nurshing, 30 Sept 1999.
http://www.nurshingworld.org/oiintopicl
0/tpcl0 2.htm
M. Novrita, "Peranan Persepsi Pasien
Mengenai Empati Perawat dan Aspek
Spiritualitas Terhadap Motivasi Sembuh
Pasien Rawat Inap". Skripsi. Depok:
Universitas Gunadarma, 2000.
A.N. Nuralita, & M. Noor-Rochman
Hadjam, "Kecemasan Pasien Rawat Inap
P238
Makna Profesionalisme ...
(M.M. Nilam Widyarini)
________________________________________
Page 11
Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005
Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005
ISSN : 18582559
Ditinjau dari Persepsi Tentang Layanan
Keperawatan di Rumah Sakit". Anima,
Indonesian Psychological Journal. Vol
17, No 2,150-160,2002.
[12] K. Poerwandari, Pendekatan Kualitatif
Untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Jakarta: Lembaga Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi Universitas
Indonesia, 2001.
[13] Strauss, A. & J. Corbin, Basic of
Qualitative Research: Grounded Theory
Procedures and Techniques. New Delhi:
Sage Publications, 1990.
[14] S. Stuart, & P. Cohen, The Nurse-Client
Relationship: Theoretical Concept.
Massacusset: CU Mosby Company,
1985.
[15] S J. Tailor & R. Bogdan, Introduction to
Qualitative Research Method: A
Guidebook and Resource. New York:
John Wiley & Sons, Inc, 1998.
[16] T-Y Wu, "Chinese American Women's
Ethnic Identities: A Qualitative Study".
A Dissertation. Faculty of the California
School of Proffesional Psychology San
Francisco Bay Campus Alliant
International University, 2003.
Makna Profesionalisme...
(M.M. Nilam Widyarini)
P239

KORPUS UTERY

KANKER KORPUS UTERI


I. Pengertian
Kanker korpus uterus adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah 2/3 bagian atas rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Sarwono,1994).
Kanker korpus uterus dianggap primer jika berasal dari endometrium atau miometrium. Dianggap tumor ganas endometrium bila histologi berjenis adenokarsinoma atau adenoakantoma.

II. Faktor predisposisi
1. Obesitas
Obesitas berhubungan dengan terjadinya peningkatan resiko sebesar 20 - 80 %. Wanita yang mempunyai kelebihan berat badan 11 - 25 kg mempunyai peningkatan resiko 3 kali dan 10 kali pada wanita yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 25 kg.
2. Nuiliparitas
Pada wanita nulliparitas dijumpai peningkatan resiko sebesar 2 - 3 kali.
3. Diabetes Melitus
Didapati peningkatan resiko sebesar 2,8 kali pada wanita penderita diabetes melitus.
4. Hipertensi
Sebesar 25 - 75 % penderita mengidap hipertensi.
5. Estrogen eksogen
Pada wanita menopause yang mengkonsumsi estrogen eksogen akan terjadi peningkatan resiko sebesar 4,5 - 13,9 kali.
6. Late menopause
Wanita yang menopause sesudah umur 52 tahun akan terjadi peningkatan resiko sebesar 2,4 kali. Disamping itu dapat terjadi pada wanita pramenopause dengan sikius haid yang tidak teratur.
7. Polycystic,ovarian syndrome
8. Penyakit kandung empedu
9. Merokok
10. Tamoxifen
Wanita pengguna tamoxifen akan terjadi peningkatan resiko sebesar 2 - 3 kali.
III. Histopatologi
Yang dianggap pendahulu (precursor) didapat pada waktu kuretase atas indikasi perdarahan disfungsi adalah hiperplasia adenomatosa atau hiperplasi endometrium yang atipik.
90% Tumor ganas endometrium/korpus uterus adalah adenokarsinoma, sisanya adalah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarkoma dan karsinoma-sarkoma.
Adenokarsinoma endometrium secara histologik dibagi menjadi 3 derajat ( grading) sesuai dengan prognosisnya ;
G1 diferensiasi sel-sel masih baik
G2 sudah terdapat bagian-bagian yang solid/padat
G3 sebagian besar adalah sel padat/solid atau diferensiasi sel-sel sudah tidak baik lagi.
Sebagian besar karsinoma endometrium adalah adenocarcinoma
1. Makroskopis
• Uterus. membesar, permukaan dalamnya kasar, mempunyai daerah yang berpapil-papil yang menempati sedikitnya setengah uterus dan kadang tumor bebentuk polypoid dengan dasar yang terang.
• Permukaannya bisa halus dan ada perdarahan serta rongga uterusnya membesar dengan dinding uterusnya yang tipis.
• Biasanya tumor terdapat di daerah fundus.
• Dapat menginvasi ke dalam miometrium (bise tidak)
2. Mikroskopis
- Umumnya adenocarcinoma adalah differensiasi sel - sel columnar yang baik dengan bentuk kelenjarnya menyerupai endometrium phase proliferasi tetapi sudah menginvasi ke stroma dan miometrium.
- Sel epitel kelenjarnya beriapis-lapis.
- Sering tampak kelenjar yang tidak teratur dan bentuknya seperti cribriform, mempunyai banyak inti berbentuk bundar dengan Chromatin yang berkelompok dan anak inti yang jelas.
- Tampak gambaran mitosis tetapi dapat tidak jelas.
- Kira-kira 20 % kasus mengandung sel stroma yang berisi lemak.
- Dari 113 kasus, tampak daerah hyperplasia endomethum yang atypik atau cystik dimana hal ini dapat mempengaruhi prognosanya.
Adenocarcinoma endometrium mempunyai sub type:
1. Sakretrory adenocarcinoma
2. Musinous adenocarcinoma
3. Ciliated cell adenocarcinoma

IV. Penyebaran
Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat kecuali pada G3. Tumor dengan diferensiasi sel-sel yang tidak baik cenderung menyebar ke permukaan kavum uterus dan endoserviks. Jika telah sampai di endoserviks penyebaran selanjutnya seperti karsinoma serviks uterus
1. Jaringan sekitarnya
Penyebaran adenocarcinoma endometrium biasanya lambat terutama pada yang differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kevum uteri dan endoserviks. Dari kavum uteri menuju ke stroma endomethum ke miomterium ke ligamentum latum dan organ sekitarnya. Jika telah mengenai endoserviks, penyebaran selanjutnya seperti pada adenocarcinoma serviks.
2. Melalui kelenjar limfe
Penyebarannya meialui keleniar limfe ovahum akan sampai ke keteniar para aorta dan meialui kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka interna, eksterna dan iliaka communis serta meialui kelenjar limfe ligamentum rotundum akan sampai ke kelenjar limfe inguinal dan femoral.
3. Melalui aliran darah
Biasanya proses penyebarannya sangat lambat dan tempat metastasenya adalah paru, hati dan otak.

V. Pembagian dalam tingkatan Klinik
Ada dua klasifikasi yang dianut menurut FIGO juga UICC.
A. Klasifikasi menurut FIGO.
Tingkat Kriteria
Tingkat Klinik 0



Tingkat klinik I :
Ia :
Ib :
G1 :
G2 :
G3 :

Tingkat Klinik II:
Tingkat Klinik III :

Tingkat Klinik IV : Karsinoma In Situ, lesi para-neoplastik seperti hiperplasia adenomatosa endometrium, atau hiperplasia endometrium yang atipik

Proses masih terbatas pada korpus uterus
Sondase kavum uterus 8 cm atau kurang
Sondase kavum uterus > 8 cm
Diferensiasi sel-sel baik
Terdapat bagian bagian yang padat ( solid )
Sebagian besar sel padat/solid atau seluruhnya tak berdifensiasi
Proses meluas sampai ke serviks
Proses sudahb keluar uterus tapi masih dalam panggul kecil
Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah mencapai mukosa rektum atau kandung kemih

B. Klasifikasi menurut UICC (Union International Contra le Cancer)
UICC Kriteria FIGO
T-1 :
T-2 :

T-3 :

T-4 : Karsinoma masih terbatas di korpus
Karsinoma telah meluas sampai di serviks, tapi belum sampai keluar uterus
Karsinoma telah keluar dari uterus, termasuk penyebarannya ke vagina, namun masih tetap berada dalam panggul kecil
Karsinoma telah melibatkan mukosa rektum atau kandung kemih dan atau meluas sampai di luar panggul kecil.; I
II

III

IV

VI. Gejala Klinis.
Awal dari pemeriksaan ginekologi biasanya negatif, tersembunyi dan membahayakan. Dalam banyak kejadian gejala dikaitkan dengan menopause berupa getah vagina kemerahan atau sesudah menopause. Rasa sakit dan perasaan rahim berkontraksi sering dikeluhkan
Lanjut muncul keluhan tekanan akibat membesarnya korpus uterus.
Pembesaran dan fiksasi uterus akibat infiltrasi sel ganas ke dalam parametrium. Pada wanita dalam masa klimakterium atau menopause mengalami perdarahan dari rahim.

VII. Diagnose
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan ginekologi
Dilakukan pemeriksaan rektovaginal.
4. Pemeriksaan sitologi (pap smir)
Pemeriksaan ini kurang berarti oleh karena sel-sel adenocarcinoma yang eksfoliatif biasanya telah mengalami sitolisis dalam rongga uterus.
5. Pemeriksaan histologi
a.Office endometrial aspiration biopsy
b.Dilatasi dan kuretase
c.Histeroskopi - endometrial biopsi -
6. Histerograft
7. Pemeriksaan tambahan.
a. Darah
b. Urin
c USG dan MRI
d. Foto thorax
e. Fungsi hati dan kadar gula darah
f. Fungsi ginjal (intravenous urography)
g. Sigmoidoscopy dan barium enema CA 125

VIII. Penatalaksanaan
TAH ( Total Abdominal Histerektomi ) + BSO (Bilateral Salpingo Oophorektomy)
Tindakan ini merupakan pilihan utama untuk kasus tingkat klinis T-is (KIS) dan T-1.Kombinasi pembedahan dengan radioterapi sebelum dan sesudah pembedahan dilakukan pada tinghkat T-1, T-2 dan kasus T-3 yang dinilai masih operabel. Penyinaran sebelum operasi akan mengurangi terjadinya rekurens lokal dan metastasis. Jenis penyinaran ditentukan akan diberikan aplikasi radium intrakaviter atau penyinaran luar dengan Cobalt 60 ditentukan oleh ginekolog dan radioterapis berdasarkan tingkat klinis penyakit, besarnya uterus dan hasil pemeriksaan histologi. Operasi dilakukan 2-6 minggu sesudah penyinaran selesai, tergantung dari jenis penyinaran yang dilakukan.
Pada tingkat klinis T-3 yang dinilai un operabel hanya dilakukan penyinaran dan pengobatan hormonal dengan pemberian preparat progestatif dosis tinggi, sedangkan pada T-4 tujuan paliatif hanya diberi terapi hormonal dengan progestatif dosis tinggi. Seperti Medroxy Progesteron Asetat (MPA), provera, Tamoxzifen. Pengobatan hormonal dapat menahan penyebaran sel ganas sebab pemberian hormonal dengan progrestatif dosis tinggiharus diteruskan selama pengobatan masih memberi respon.

IX. PATOFISIOLOGI CANCER CORPUS UTERI

Cancer Corpus Uteri


Tumbuh di dinding uterus brd di bawah endometrium & Tumbuh keluar dinding menonjol ke dalam rongga uterus uterus


Gejala/ Tanda

Perdarahan Pembesaran Uterus

Pe↓Suplai darah Gg Hematologi Kurang Pengetahuan Gg Sirkulasi Penekanan syaraf


Gg Perfusi Jar pe ↓ imun tubuh Cemas Nekrosis

Radang
Resiko Infeksi
Nyeri

Penekanan

Kandung kencing Uretra Ureter rectum

PoliUri Retensio Uri Hidronefrosis Obstipasi/Tenesmus


Gangguan Eliminasi Uri Gangguan Eliminasi Alvi


X. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri dan perasaan rahim berkontraksi, perdarahan
Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan dan rasa nyeri intra servikal.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus,kuretase, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca korpus uterus sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
Data khusus:
1. Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, uterografi,sitologi, USG.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intrauteri
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
c. Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra uteri
d. Cemas b.d terdiagnose ca korpus akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca.Korpus Uteri dan pengobatannya.
e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.
3. Perencanaan
Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra uteri
Tujuan :
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik :
Kriteria hasil :
a. Perdarahan intra uteri sudah berkurang
b. Konjunctiva tidak pucat
c. Mukosa bibir basah dan kemerahan
d. Ektremitas hangat
e. Hb 11-15 gr %
d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 C, RR : 18 - 24 X/mnt.
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
- Cek Hb
- Cek golongan darah
- Beri O2 jika diperlukan
- Pemasangan vaginal tampon.
- Therapi IV
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
Tujuan :
- Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan berat badan
- Porsi makan yang disediakan habis.
- Keluhan mual dan muntah kurang


Intervensi :
- Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
- Berika makan TKTP
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Jaga lingkungan pada saat makan
- Pasang NGT jika perlu
- Beri Nutrisi parenteral jika perlu.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra uteri
Tujuan
- Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan cara-cara mengurangi nyeri yang dirasakan
- Intensitas nyeri berkurangnya
- Ekpresi muka dan tubuh rileks
Intervensi :
- Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
- Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
- Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
- Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri
Cemas yang b.d terdiagnose kanker korpus uteri kurangnya pengetahuan tentang kanker korpus uteri, penanganan dan prognosenya.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.
Kriteria hasil :
- Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
- Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
- Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
- Sumber-sumber koping teridentifikasi
- Ansietas berkurang
- Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.


Rencana Tindakan :
- Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
- Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya.
- Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
- Tunjukkan adanya harapan
- Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien mjd stabil.
Kriteria hasil :
- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
Intervensi :
- Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
- Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanb perasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
- Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
- Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
- Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
- Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Cetakan I. Jakarta.

Mardjikoen P.(1994) Dalam : tumor ganas alat genital. Dalam :Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Soekimin(2005) Dalam : artikel kuliah karsinoma endometrium.
BagianPatologi Anatomi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selasa, 09 Juni 2009

DASAR PENULISAN ARTIKEL

DASAR-DASAR MENULIS ARTIKEL ILMIAH

Tujuan Pembelajaran
• Menerapkan karakteristik bahasa Indonesia artikel ilmiah dalam penulisan proposal
• Mengorganisasi ide dalam bentuk kalimat dan paragraf berdasar kaidah kalimat dan paragraf yang baik
• Menulis proposal dan atau artikel ilmiah berdasarkan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku

Pokok Bahasan
• Bahasa Indonesia Artikel Ilmiah
• Pengembangan Kalimat dan Paragraf
• Kaidah Menulis Artikel Ilmiah
a) Kaidah umum
b) Perancangan peringkat
c) Penyajian table dan gambar
d) Penulisan rujukan dan daftar pustaka

DASAR-DASAR MENULIS ARTIKEL ILMIAH

Menulis adalah berkomunikasi
Menulis merupakan salah satu cara berkomunikasi, sebagaimana kita mengenal bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa isyarat bahkan bahasa cinta. Karena itu apapun bentuk dan jenis penulisannya, suatu tulisan harus mampu menjelaskan keinginan penulis kepada pembaca yang dituju. Menulis juga merupakan suatu proses berpikir, yang akan menunjukkan seberapa jauh keruntutan, dan kelogisan proses berpikir seseorang dari sebuah tulisan dalam menjelaskan atau menyampaikan suatu ide. Dalam menulis sebuah tulisan ilmiah, bukan semata-mata menuntut kelancaran menulis atau menuangkan suatu ide tetapi lebih merupakan kemampuan dalam mengorganisasikan ide, sehingga mudah dipahami, ringkas, berbasis fakta dan tidak menimbulkan ambivalensi. Namun menulis memang juga merupakan sebuah ketrampilan, yang perlu dimulai dan dilatih secara terus menerus untuk melahirkan kecepatan dan kelancaran dalam menuangkan dan mengorganisasikan ide.
Secara keseluruhan tulisan akan terdiri dari kata, kalimat dan paragraf yang membentuk suatu kesatuan ide. Maka kemampuan menulis yang baik didasari oleh ketepatan pemilihan dan penggunaan kata, kemampuan menyusun dan mengembangkan kalimat serta paragraf secara efektif dan runtut. Pemahaman tentang tata bahasa baku (sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam penulisan) merupakan modal dasar yang penting. Karena kesalahan tata bahasa dapat memberikan perbedaan arti dan interpretasi. Dalam bagian ini akan disajikan, beberapa dasar kaidah Indonesia dalam penulisan kata, kalimat dan paragraf, serta bagaimana menyusun kalimat dan paragraf.

Bahasa Indonesia Artikel Ilmiah
Hasil proses perumusan masalah, perancangan desain penelitian dituangkan komponen dari proposal penelitian maupun laporan hasil penelitian. Penulisan proposal harus memenuhi kaidah penulisan ilmiah dan tata bahasa yang disepakati, disamping format baku penulisan ilmiah. Perbedaan utama penulisan ilmiah dan non ilmiah adalah pada penyusunan dan pemilihan kata. Pada penulisan ilmiah selain harus mengikuti format baku, penyusunannya juga mengikuti alur logika sehingga dapat mengarah kepada kesimpulan secara sistematis. Pemilihan setiap kata cenderung bersifat formal, bukan bahasa prokem dan efisien. Disamping itu setiap pernyataan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Bahasa Indonesia menulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa tulis memiliki ciri (1) kosa kata dipilih secara cermat, (2) pembentukan kata dilakukan secara sempurna, (3) kalimat dibentuk secara lengkap, dan paragraf (4) dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren), selain itu hubungan antara gagasan harus terlihat jelas, rapid an sistematis (Basuki,2000).
Dalam penulisan ilmiah, kesalahan yang sering dilakukan adalah pada pemilihan kata atau bahasa yang tidak tepat, berlebihan dan tidak efisien. Selain itu seringkali kalimat maupun paragaraf yang disusun tidak membentuk kesatuan ide, atau tidak lengkap, sehingga sulit dipahami maknanya. Karena itu, pada bagian berikut akan dibahas terlebih dahulu mengenai penulisan kalimat dan paragraf secara sepintas.

Pengembangan Kalimat dan Paragraf
Mengembangkan kalimat
Kalimat merupakan serangkaian kata-kata yang tersusun dengan kaidah tertentu dan menyatakan satu kesatuan ide atau pernyataan. Berdasarkan susunannya suatu kalimat dapat bersifat simple atau komplek. Struktur dasar kalimat terdiri dari:
Subyek + Predikat + Obyek + Keterangan
Subyek menunjukkan pelaku dan predikat menunjukkan kegiatan yang dilakukan sedangkan predikat menunjukkan sasaran dari predikat. Biasanya dapat ditambahkan keterangan untuk menjelaskan lebih detail predikat, maupun obyek.
Pada kalimat komplek, masing-masing komponen dapat berupa frase yang terdiri dari Subyek+Predikat+Obyek

Contoh kalimat
Perawat menulis dokumen asuhan keperawatan setiap hari
Perawat yang bertanggungjawab terhadap pasien menulis asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggungjawabnya
Kalimat utama terdiri dari Subyek (frasa : Perawat yang bertanggungjawab terhadap pasien), Predikat (menulis), Obyek yang diterangkan adalah asuhan keperawatan (frase asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggungjawabnya).
Kesalahan yang sering terjadi, kalimat yang disusun tidak lengkap, (hanya menjelaskan subyek. Biasanya kesalahan terjadi karena kalimat yang dibentuk merupakan kalimat kompleks, sehingga secara secara sepintas sudah terdiri dari S+P namun masih merupakan satu komponen (subyek saja atau predikat saja). Kesalahan lain, kalimat memuat terlalu banyak ide, sehingga justru membingungkan dan tidak lengkap, sebagaimana contoh di bawah:
Timbulnya kekecewaan pada ibu tentang asi tidak mencukupi kebutuhan bayinya karena kurangnya pengetahuan ibu selama kehamilan tidak memperhatikan perawatan payudara yang baik. supaya proses laktasi berlangsung secara sempurna + 25 % kenyataan langsung dari survei perawat Puskesmas seorang ibu tidak menyusui anaknya karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan payudara.

Selain perawat dituntut untuk mempunyai ketrampilan dalam memahami dan mengendalikan emosi, berempati dan mempunyai motivasi untuk berkomunikasi.

(coba kembangkan bagaimana sebaiknya kalimat di atas dituliskan sehingga memudahkan pemahaman)

Mengembangkan Paragraf
Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang menjelaskan suatu kesatuan ide. Biasanya paragraf terdiri dari kalimat utama, dan kalimat-kalimat pendukung yang menjelaskan kalimat utama dan kalimat kesimpulan. Umumnya susunan kalimat dalam paragraf dimulai dengan kalimat utama, kalimat pendukung kemudian kalimat kesimpulan atau sebaliknya.
Sebuah paragraf mempunyai tiga fungsi pokok. Paragraf berfungsi menyatukan kalimat untuk membentuk satu kesatuan ide atau gagasan. Pengelompokan kalimat dalam paragraf yang ditandai dengan masuknya baris pertama paragraf atau perbedaan spasi antar paragraf akan memberikan ‘visual break’ bagi pembaca sehingga memberi kesempatan untuk berhenti dan memikirkan atau mengartikan ide. Fungsi terakhir paragraf adalah untuk menunjukkan alur atau perkembangan ide antar paragraf.
Dalam penulisan satu esai atau satu sub-bab, masing-masing paragraf juga memiliki fungsi masing-masing. Paragraf pertama biasanya merupakan pengantar, kemudian disusul paragraf isi yang bisa terdiri dari lebih satu paragraf. Paragraf isi bisa bersifat menjelaskan masing-masing aspek secara kronologis, menyempitkan fokus dari general ke spesifik, mendeskripsikan atau memaparkan topik. Paragraf yang terakhir merupakan paragraf kesimpulan.
Kesalahan yang sering terjadi, paragraf tidak merupakan kesatuan ide, kalimat dalam paragraf tidak sistematis. Kesalahan lain paragraf tersusun dari kalimat yang terlalu panjang, susunan antar paragraf tidak sistematis, atau satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat yang menggabungkan beberapa ide. Sebagai konsekuensinya penulis membentuk paragraf hanya dengan acuan panjang pendek suatu paragraf, sebagaimana contoh di bawah ini
Keberadaan perawat di rumah sakit PKU Muammadiyah Yogyakarta sangatlah essensial karena perawat selain menempati proporsi terbesar dalam rumah sakit, juga perawat merupakan pelaksana perawatan utama yang langsung berhubungan dengan pasien dan keluarga selama 24 jam
Dalam pelaksanaan perawatannya itu, perawat harus mempunyai sikap peduli, kasih saying, cinta kasih, siap membantu, melindungi dan mendukung serta memberikan rasa nyaman dan aman terhadap pasien dan keluarganya
(Perhatikan bahwa kedua paragraf diatas hanya terdiri dari satu kalimat. Kalimat yang disajikan juga menggabungkan terlalu banyak ide).
Sebuah paragraf yang baik harus merupakan satu kesatuan, koheren dan dikembangkan dengan baik (well developed). Paragraf disebut memiliki satu kesatuan ide jika seluruh kalimat dalam satu paragraf hanya menyajikan satu ide. Untuk mengevaluasi dalam satu paragraf seharusnya hanya ada satu kalimat pokok, sedang kalimat lain harus merupakan gagasan penunjang dari kalimat pokok.
Contoh
Pelayanan kesehatan di Rumah sakit merupakan bagian pembangunan manusia seutuhnya yang tidak hanya mengutamakan penyembuhan dan pemulihan kesehatan tetapi mengutamakan kepuasan pasien. Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan akan kepuasan ini semakin meningkat disebabkan pada saat ini masyarakat semakin kritis dan menyadari akan hak-haknya (Tim PSIK UMY, 2002) .
Dalam paragraf di atas kedua kalimat yang disajikan merupakan dua gagasan pokok yang berdiri sendiri, dan tidak ada kalimat yang merupakan gagasan pendukung. Sebaiknya dipisahkan menjadi dua paragraf. Paragraf pertama bertema konsep atau pemahaman fungsi pelayanan rumah sakit, kemudian disajikan kalimat pendukung yang dapat berupa contoh atau penjelasan mengenai masing-masing aspek fungsi.
Ciri kedua dari paragraf yang baik adalah adanya koherensi. Artinya ide yang disajikan dalam kalimat pada paragraf mengalir secara sistematis dan logis antar satu kalimat ke kalimat berikut. Koherensi suatu paragraf dapat dibangun dengan memperhatikan urutan dan penempatan kalimat serta penggunaan kata sambung yang tepat.
Paragraf yang baik juga berciri ‘well developed’. Artinya gagasan pokok yang disajikan dalam kalimat utama cukup didukung dengan gagasan-gagasan dalam kalimat pendukung sehingga cukup memberikan pemahaman. Meskipun demikian tidak terdapat pedoman baku berapa banyak gagasan pendukung yang harus disajikan. Penyajian gagasan pendukung dapat berupa penjelasan dari masing-masing aspek yang ditampilkan pada gagasan utama maupun penyajian contoh, yang diakhiri dengan penyimpulan.

Kaidah Menulis Artikel Ilmiah
Kaidah penulisan artikel ilmiah dapat dibedakan menjadi kaidah yang bersifat universal dan kaidah yang bersifat khusus. Kaidah penulisan yang bersifat universal lebih banyak terkait dengan ejaan dan tata bahasa yang baik dan benar. Sedangkan kaidah khusus terkait dengan sistematika, format, dan tekhnik pembakuan yang dikembangkan oleh institusi maupun jurnal penerbitan artikel ilmiah. Dalam sub bab ini akan dibahas dua kaidah khusus yaitu sistematika peringkat dan penulisan rujukan serta daftar rujukan (referensi).
Sistematika peringkat
Sistematika peringkat mempunyai peran penting dalam mengorganisasi judul, sub judul dan anak sub judul sehingga memudahkan pembaca dalam mencari maupun menyimpulkan. Tidak konsistennya sistematika penjenjangan dapat mengurangi pengorganisasian ide dan makna tulisan secara keseluruhan. Misalnya suatu sub bagian bias dianggap sebagai anak sub bagian jika sistematikanya sama.
Penulisan sistematika peringkat dapat menggunakan jenis huruf yang berbeda (besar, kecil), cetak miring, tebal atau garis bawah, penempatan dalam naskah (rata tepi kiri atau masuk beberapa spasi), atau dengan menggunakan penomoran bertingkat (1; 1.1; 1.1.1 )
Contoh sistematika peringkat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Perhatikan bahwa kaidah yang dipakai adalah: penulisan judul bab dengan huruf besar, tebal dan ditengah, sub judul ditulis besar kecil, tebal dan rata kiri, sedang anak sub judul ditulis tebal, miring dan rata kiri.

Penulisan rujukan dan referensi
Dalam menyajikan tulisan ilmiah, akan banyak menggunakan sumber informasi, teori maupun hasil penelitian lain yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan dasar dan hasil penelitian. Sumber informasi atau rujukan yang digunakan dapat berupa buku secara keseluruhan, bab atau bagian suatu buku, monografi makalah didalam majalah, laporan atau naskah penerbitan badan atau lembaga resmi. Sehingga dalam penulisan ilmiah akan dijumpai banyak rujukan, kutipan dan referensi yang digunakan.
Terdapat beberapa kaidah yang digunakan dalam penulisan rujukan dalam teks dan daftar rujukan. Diantaranya adalah metode Harvard dan Vancouver. Sistem harvard menggunakan pendekatan nama-dan-tahun. Dimana daftar rujukan disusun secara alfabetik berdasarkan nama penulis (nama keluarga atau nama pengganti keluarga yang ditempatkan didepan). Apabila terdapat penulis pertama yang sama, maka urutan abjad berdasarkan nama pengarang berikutnya Bila penulisnya sama maka disusun secara kronologis (menurut tahun penerbitan). Untuk nama penulis dan tahun yang sama, maka ditambahkan huruf a, b, c dan seterusnya agar dapat disusun secara runtut. Dalam sistem ini semua nama penulis (berapapun jumlahnya) harus dituliskan secara lengkap tanpa gelar.
Penulisan rujukan dalam naskah pada metode Harvard dilakukan dengan pencantuman tahun penerbitan diantara tanda kurung mengikuti nama depan penulis, atau dengan mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan diantara tanda kurung pada akhir kalimat. Nama penulis yang ditampilkan dalam perujukan maksimal 2 nama, jika lebih maka dituliskan nama penulis utama diikuti dkk.
Contoh:
Penelitian lain menurut Koehler dan Schafer (1996) menyimpulkan 35% penderita jantung koroner menderita Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)

Namun tidak banyak yang tahu bahwa bila mendengkur yang terlalu berat justru bias mengundang kematian (Karlinski, 1991)

Metode penulisan rujukan dan daftar rujukan yang lain adalah sistem Vancouver. Sistem ini menggunakan sistem nomor disertai penyeragaman cara penulisannya. Setiap sumber rujukan disusun dalam daftar rujukan dengan pemberian nomor urut sesuai urutan pemunculan dalam naskah. Nama semua penulis ditulis untuk jumlah penulis sampai dengan enam. Bila jumlah penulis lebih dari enam, maka hanya tiga penulis pertam disebutkan dan diikuti dengan dkk. Cara perujukan di dalam naskah dilakukan dengan cara penulisan nomor didalam kurung pada akhir kutipan.
Contoh:
Kebiasaan mendengkur tergolong salah satu jenis penyakit gangguan tidur Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) yang berhubungan dengan gangguan anatomis-fisiologis pada saluran napas bagian atas yang menimbulkan suara berisik saat tidur (7,5) .

Kaidah Penulisan Daftar Rujukan dari Berbagai Sumber Rujukan.
(Diadopsi dari Mukhadis,2000)
Rujukan Dari Buku
Tahun penerbitan ditulis setelah nama pengarang, diakhiri dengan titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring dengan huruf besar pada awal setiap kata. Kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dana nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh :
Strunk, W.,Jr & White, E.B. 1979. The Elements of style (3rd ed) . New York: Macmillan. Dekker, N. 1992. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa: Dari Pilihan Satu-Satunya ke Satu-Satunya Azas. Malang: FPIPS IKIP MALANG
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbiaan diikuti oleh lanbang a, b, c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad judul buku-bukunya. Contoh:
Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and emerging Issues-1985. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.
Cornet, L. & Weeks, K. 1985b. Career Ladder Plans: Lessons from the states-1985. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

Rujukan Dari Buku Yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Cara menulis rujukan dari buku berisi kumpulan artikel yang ada editornya adalah seperti menulis rujukan dari buku ditambah dengan tulisan (Ed.) jika ada satu editor dan (Eds.) jika editornya lebih dari satu, di antara nama pengarang dan tahun penerbitan. Contoh:
Letheridge, S & Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Bilingual Education: Teaching English as a second Language. New York Praeger.
Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang:HISKI Komisariat Malang dan YA3.

Rujukan Dari Artikel Dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Nama pengarang artikel ditulis didepan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul artikel ditulis tegak (tidak miring). Nama editor ditulis seperti menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu editor, dan (Eds.) bila lebih satu editor. Judul buku kumpulannya ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan dalam kurung. Contoh:
Hartley, J.T. Harker, J.O. & Walsh, D.A. 1980. Contemporary Issues and New Direction in Adult Development of Learning and Memory. Dalam L.W. Poon (Ed.), Aging in the 1980s: Psychological Issues (hlm. 239-252). Washington, D.C,: American Psychological Association.
Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hlm. 12-25). Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
Rujukan Dari Artikel Dalam Jurnal
Nama penulis ditulis paling depan diikuti dengan tahun dan judul artikel yang ditulis dengan cetak tegak, dan huruf besar pada tiap awal kata. Nama Jurnal ditulis dengan cetak miring, dan huruf awal dari setiap katanya ditulis engan huruf besar kecuali kata hubung. Bagian akhir berturut-turut ditulis jurnal tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel tersebut. Contoh:
Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forum Penelitian, 1(1):33-47.
Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran
Nama pengarang ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan dan tahun (jika ada). Judul artikel ditulis tegak (tidak miring), dan huruf besar pada setiap huruf awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama pada setiap kata, dan dicetak miring. Nomor halaman tersebut pada bagian akhir. Contoh:
Gardner, H. 1981. Do Babies Sing a Universal Song? Psychology Today, hlm . 70-76.
Suryadarma. S.V.C. 1990. Prosesor dan Interface: Komunikasi Data. Info Komputer, IV (4): 46-48.
Huda, M. 13 November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm. 6.
Rujukan dari Koran Tanpa Penulis
Nama Koran ditulis bagian awal. Tahun, tanggal, dan bulan ditulis setelah nama Koran, kemudia judul ditulis dengan huruf besar-kecil dicetak miring dan diikuti dengan nomor halaman. Contoh:
Jawa Pos. 1995, 22 April. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri. hlm. 3.

Rujukan Dari Dokumen Resmi Pemerintah Yang Diterbitkan Oleh Suatu Penerbit Tanpa Pengarang Dan Tanpa Lembaga.
Judul atau nama dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit dan nama penerbit. Contoh :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang ZSistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Diperbanyak oleh PT Armas Duta Jaya

Rujukan Dari Lembaga Yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut
Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti dengan tahun, judl karangan, nama tempat penerbitan, dan nama lembaga tertinggi yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut. Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rujukan Berupa Karya Terjemahan
Nama pengarang asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata Tanpa Tahun.

Contoh:
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

Rujukan Berupa Skripsi, Tesis Atau Disertasi
Nama penyusun ditulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis atau disertasi ditulis dengan garis bawah diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama perguruan tinggi. Contoh:
Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajar Bahasa Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: program Pasca Sarjana IKIP MALANG.

Rujukan Berupa Makalah Yang Disajikan Dalam Seminar, Penataran, Atau Lokakarya
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun. Judul makalah ditulis dengan cetak miring, kemudian diikuti pernyataan “Makalah disajikan dalam ….” , nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelenggaraan, dan tanggal serta bulannya. Contoh:
Huda, N. 1991. Penulisan Laporan Penelitian Untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam lokakarya Penelitian Tingkat Dasar Bagi Dosen PTN dan PTS di Malang Angkatan XIV, Pusat Penelitian IKIP MALANG, Malang, 12 Juli.
Karim, Z. 1987. Tatakota di Negara-negara Berkembang. Makalah disajikan dalam seminar Tatakota, BAPPEDA Jawa Timur, Surabaya, 1-2 September.

Rujukan Dari Internet Berupa Karya Individual
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh judul artikel, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung. Contoh:
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM online Journals, 1990-1995: The Calm before the Storm, (online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni 1996)

Rujukan dari internet berupa Artikel dari Jurnal
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh judul artikel, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung. Contoh:
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, (online), Vol.3, No. 1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, diakses 12 Februari, 1997).
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).

Rujukan Dari Internet Berupa Bahan Diskusi
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topic bahan diskusi, nama bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), dan diakhiri dengan alamat email sumber rujukan tersebut disertain dengan keterangan kapan diakses, diantara tanda kurung. Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citting Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 Nopember 1995

Rujukan Dari Internet Berupa Email Pribadi
Nama pengirim (jika ada) dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topic isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirimi). Contoh:
Davis, A. (a.davis@uwts.edu.au) . 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring Tools. E-mail kepada Alison Hunter (huntera@usq.edu.au)