Rabu, 15 September 2010

Mencari Strategi Baru Gerakan Mahasiswa Ditengah Otonomi Daerah




Gerakan mahasiswa (GERMA) satu dasawarsa ini, mengalamai banyak penurunan, bukan karena rezim otoriter (fasis) yang berkuasa, tetapi justru saat demokrasi mulai di tegakkan dan di aplikasikan di negeri ini, dirasakan sangat “miris” dimana aktifis GERMA dahulu sering dikejar-kejar oleh aparat orde baru pada saat itu gerakan mahasiswa sunguh “heroik” dan masif walaupun banyak yang melalui jalur “bawah tanah” (non formal), tapi kini, saat demokarsi mulai diraih, gerakan mahasiswa tenggelam seiring dengan ketidak jelasan pembelaan mahasiswa terhadap masyarakat yang termarjinalkan.

Mantan Ketua MPR Amien Rais yang pernah menjadi ikon gerakan Reformasi 1998, dalam seminar mahasiswa akhir 2005, menilai, gerakan mahasiswa pascakejatuhan Soeharto telah berubah. Gerakan mahasiswa yang dulu bersemangat, kini seperti ”mati suri”. Aksi demonstrasi yang dilakukan untuk kepentingan rakyat tak banyak digelar, dan mahasiswa lebih banyak dibelenggu kemewahan hidup akibat kapitalisme.

Bahkan Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo, berpendapat ada kecenderungan kualitas gerakan mahasiswa mengalami penurunan karena aksi-aksi mereka lebih menonjolkan kekerasan . Hal tersebut karena mahasiswa tidak memiliki lagi Common Isue, Isu bersama yang dapat menyatukan gerakan mereka dan menerjemahkan dalam gerakan praksis, paremasalahan tersebut dalam internal gerakan mahasiswa mempengaruhi model gerakan mahasiswa yang seharusnya cepat responsif dan non formal, menjadi sangat formalistik dimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya formalitas monoton, seperti diskusi-diskusi dan aksi-aksi yang sifatnya reaktif.

Melihat Posisi dan Peran Mahasiswa Dalam Masyarakat
Posisi Mahasiswa dalam masyarakat selama ini sering di identikkan dalam masyarakat sebagai Agent Of Change (agen perubahan), dimana mahasiswa sebagai golongan yang memliki kesempatan mendapatkan mendapatkan pendidikan lebih tinggi dari masyarakat pada umumnya, menjadi angen terdepan untuk mencerdaskan dan membela masyarakat.
Mengapa posisi mahasiswa dalam masyarakat dapat menjadi saat penting dalam masyarakat?, hal ini dapat dilihat dapam posisi mahasiswa dalam teori strukturalisme dimana didalam negara terdapat struktur-struktur yang menyusunya didalamnya adalah : Negara, Pemilik Modal dan Masyarakat:



Dalam Setruktur tersebut pelaku negara yaitu pemerintah akan rentan untuk memihak kepada Pemilik modal, karena modal (Uang) dikuasai oleh pemilik modal yang dapat membeli kebijakan dari pemerintah, agar dapat menguntungkan pemilik modal, hal tersebut dapat kita lihat dari fenomena penggusuran pasar tradisional dan diganti oleh pusat-pusat perbelanjaan moderen dan upah buruh yang sangat minimum dibandingkan dengan keuntungan yang di dapat oleh pemilik perusahaan.

Posisi struktur negara tersebut yang di gunakan oleh kaum Marxsis, untuk Mencari jalan kemakmuran Rakyat (Masyarakat) dengan cara menguasai alat industri yang dimiliki pemodal dan menjadikannya kepemilikian bersama untuk membentuk kediktatoran prolentariat, cita-cita tersebut coba di tafsirkan dan di Impelemtasikan oleh Lenin dengan cara merebut pemerintahan dengan membentuk partai, yang dikenal dengan partai bolesevik (partai komunis), setelah pemerintah dikuasai dan dijadikan pemerintahan komunis dan menguasai seluruh alat produksi yang dimiliki pemilik modal, maka setelah itu kekuasaan diserahkan oleh kaum proletar (rakyat) untuk membentuk kediktatoran prolentariat, namun hingga kini hal tersebut tidak pernah terbentuk, di picu dengan gagalanya negara Unisoviet.

Dan sekarang Ideologi yang dominan di dunia adalah ideologi Kapitalis dengan berbasiskan pada demokrasi liberal, demokrasi liberal sesungguhnya bukan merupakan jawaban yang tepat untuk mensejah terakan masyarakat karena, tidak akan mungkin sejajarnya posisi masyarakat dan pemilik modal beserta ekaum elit politik (pemerintah), hal inilah yang menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin melebar.

Oleh dikarenakan hal tersebut muncullah gagasan tentang jalan tengah (threed Way) yang oleh Anthoni Gidens, di terjemahkan dengan gagasan kaum menengah (kaum Intelektual) yang harus dapat meneyeimbangkan posisi dari pemilik modal, parat pemerintahan dan Mayarakat :



Posisi kaum intelektual inilah yang harus di mengerti oleh mahasiswa sekarang ini, dimana kaum mahasiswalah yang paling mungkin memainkan perannya untuk membela mesyarakat dikarenakan, mahasiswa adalah kelas yang terselubung tidak berkepentingan langsung terhadap pemerintah maupun pemilik modal.

Gerakan mahasiswa sebagai kaum intelektual juga memiliki kelemahan yang mendasar dimana mahasiswa dapat di interpretasikan sebagai “borjuis kecil” dimana pada ahirnya Mahasiswa akan menjadi borjuis, saat seorang mahasiswa meningalakan setatusnya sebagai mahasiswa, dimana setelah ia lulus maka akan bergabung di kelas sosial yang lebih tinggi (yaitu pemilik modal atau Birokrasi Pemerintah).

Berkaca pada hal tersebut setidaknya mahasiswa semenjak dini harus mempunyai pemahaman bahwa, sebagai kaum intelektual harus mempertahankan posisinya untuk membela masyarakat agar mendapatkan keseimbangan hak, tidak lantas menghianati posisinya kemudian berselingkuh dengan pemerintah dan pemilik modal, yang oleh Julien Benda dan Antonio Gramsci disebut penghianatan kaum intelektual.

Hal tersebut menjadi konsekuensi logis bahkan prakmatis bagi kaum intelektual, dikarenakan jika kaum intelektual berselingkuh dengan pemerintah dan pemilik modal, maka rakyat tidak terlindungi dan pada ahirnya akan terjadi gejolak sosial dimana kaum intelektual sebagai kelas menengah juga akan menjadi korban dalam gejolak tersebut, karena akan dianggap sebagai penindas oleh masyarakat.

Masuknya Arus Demokrasi
Arus demokrasi di Indonesia telah menghantarkan reformasi di tahun 1998, setelah gegap gempita perubahan arus politik otoriter menjadi demokrasi, mahasiswa kehilangan arahnya, tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah pintu demokrasi terbuka, ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut diantaranya adalah :
• Mahasiswa tidak memiliki lagi Common Issue
• Kesulitan dalam menerjemahkan paraksis gerakan
• Dibelenggu kemewahan hidup akibat kapitalisme
• Terjebak dalam Gerakan Yang Bersifat Formal

Hal tersebut berdampak pada GERMA baik secara Kualitatif dan kunatitatif, baik di tingkatan reproduksi isu maupun kualitas kader dan ketertarikan Mahasiswa sendiri untuk bergabung dengan GERMA, beberapa hal yang menyebabkan GERMA menurun adalah sebagai berikut :
• GERMA menjadi sangat formalistik dimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya formalitas monoton, seperti diskusi-diskusi dan aksi-aksi yang sifatnya reaktif
• Aksi yang dilakukan lebih menonjolkan kekerasan
• Bayak yang masuk ke ranah politik praktis
• Masyarakat menjadi apatis dengan gerakan mahasiwa

Perlunya Memahami Arus politik Demokrasi
Arus politik orde baru dan periode reformasi sangat berbeda, inlah yang harus benar benar dipahami oleh GERMA dimana perlu adanya pemetaan isu dab strategi baru yang harus dekembangakan, dikarenakan gerakan mahasiswa pasti akan terkonsolidasi dengan baik saat pemerintahan otoriter tersebut berkuasa dikarenakan adanya persamaan kepentingan dan isu bersama Common Issue, hal ini tidak mungkin lagi terjadi di era reformasi dengan asuknya arus demokrasi, akan tetapi dengan masuknya arus demokarasi tersebut tidak secara otomatis akan mensejahterakan masyarakat dan menimbulkan keadilan sosial hal tersebut dikarenkan adanya beberapa kelemahan demokrasi hal tersebut dikemukakan oleh Schmitter dan Terry Lynn Karl (1993) dengan mengambil kesimpulan sebagai berikut :
• Demokrasi tidak dengan sendirinya lebih efisien secara ekonomis ketimbang bentuk-bentuk pemerintahan lainnya.
• Demokrasi tidak secara otomatis lebih efisien secara administratif.
• Demokrasi tidak mampu menunjukkan situasi yang lebih tertata rapi, penuh konsensus, stabil, atau dapat memerintah ketimbang sistem otokrasi yang mereka jungkalkan.
• Demokrasi memang memungkinkan masyarakat dan kehidupan politik lebih terbuka ketimbang otokrasi yang disingkirkannya, tetapi tidak dengan sendirinya menjadikan ekonomi lebih terbuka.

Dengan beberapa kelamahan tersebut jangan berharab banayak dengan sistem demokrasi tanpa penguatan basik pengetahuan dan pendidikan masyarakat, karena tanpa masyarakat sadar untuk berpartisipasi aktif dalam demokrasi maka demokrasi hanya akan dimiliki oleh pemilik modal dan kaum elit politik, maka sekarang banayak masyarakat yang merindukan pemerintahan ordebaru yang stabil dan memberikan arah yang pasti walaupun kebebasan masyarakat dibatasi.

Perumusan Setrategi Gerakan Di Era Otonomi Daerah

Pemberian wewenang yang luas kepada daerah sangat berdampak pada sistem politik di indonesia dimana proses kebijakan pemerintah menjadi sangat kedaerahan tidak di monopoli secara penuh oleh pemerintah pusat, untuk itu gerakan yang harus dirumuskan oleh GERMA haruslah lebih teliti dan dapat merambah isu-isu lokal, dikarenakan bisa di ibaratkan raja dari sistem pemerintahan di Era Otonomi Daerah bukan lagi ada di tangan presiden tetapi ada di Tingkatan lokal yaitu Bupati dan Walikota. Hal ini dapat di lihat dalam pembagian kekuasaan di tingkat pusat dan daerah. Dimana yang

menjadi urusan pemerintah pusat adalah :
• politik luar negeri;
• pertahanan;
• keamanan;
• yustisi;
• moneter dan fiskal nasional; dan
• agama.

Sedangkan yang menjadi Tugas Pemerintah Daerah adalah :
• melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
• meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
• mengembangkan kehidupan demokrasi;
• mewujudkan keadilan dan pemerataan;
• meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
• menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
• menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
• mengembangkan sistem jaminan sosial;
• menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
• mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
• melestarikan lingkungan hidup;
• mengelola administrasi kependudukan;
• melestarikan nilai sosial budaya;
• Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan
• kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Hal inilah yang harus diperhatikan GERMA dalam merumuskan gerakannya, dimana germa selama ini hanya berfokus pada isu-isu pemerintah pusat tanpa memperhatikan bahawa kekuasaan dominan sekarang ada di daerah, maka isu-isu dan gerakan yang dilakuakan tidak pernah dirasakan oleh masyarakat secara nyata dan hanya bersifat politis. Maka perlu sekiranya dilakuakan pembentukan laboratorium isu bagi GERMA untuk dapat merumuskan strategi gerakan ditingkatan lokal yang bersinggungan langsung dengan kebutuihan masyarakat secara nyata.

Bagaimana Bergerak Di Daerah

Mengapa kita harus bergerak di daerah ?, hal inilah yang menjadi isu sentral yang harus di pikirkan oleh GERMA, dikarenakan di era Demokrasi tanpa penguatan Masyarakat secara politik dan ekonomi maka esensi demokrasi tersebut akan gagal, jika Mahasiswa hanya bergerak dan berfokus pada isu-isu nasional yang mengandalakan perubahan strategi kebijakan dan politi pemerintahan, maka gerakan tersebut akan karikatif dimana tanpa adanya masyarakat yang cerdas maka sebagus apapun sistem tersebut masyarakat tetap kana tertindas, hal ini dapat dilihat dari gerakan mahasiswa yang berfokus pada penurunan harga BBM pada saat BBM dinaikkan, hal tersebut tidak akan berdampak siknifikan karena masyarakat hanya dijadikan obyek, bukan subyek pelaku perubahan.

Walaupun dalam bergerak GERMA juga tetap harus juga mengawal isu di tingkatan nasional, GERMA perlu pemfokusan gerakan untuk menjadikan masyarakat sebagai subyek perubahan, dengan cara mencerdaskan masyarakat di lini bawah, dimana hal tersebut hanya dapat dilakukan secara masif di tingkatan daerah, dimana semua keputusan tentang pembangunan infra struktur dan penguatan pendidikan dan sosial berada di tingkatan pemerintah daerah.

Yang menjadi titik fokus perjuangan GERMA di tingkatan daerah adalah bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah daerah baik di lini Provinsi sampai tingkat desa, dikarenakan hal tersebut yang menjadi titik kegagalan demokrasi perwakilan dimana yang menjadi isu dasar adalah :
• Tanggungjawab (responsibility), yakni sejauh mana para pemegang kuasa betul-betul melaksanakan tanggungjawab politiknya sesuai dengan aspirasi warga negara;
• Kesetaraan (equality), yakni sejauh mana tiap warganegara memiliki kesempatan yang sama untuk secara bersama ikut memutuskan suatu kebijakan; di dalam masyarakat modern, ketimpangan sosial ekonomi yang ada telah menghalangi terwujudnya kesetaraan kesempatan dan ikut serta memutuskan kebijakan;
• Kemandirian politik warganegara (political autonomy), yakni sejauh mana warganegara betul-betul mampu hidup mandiri dengan keputusan-keputusan politik yang telah ikut disusunnya.

Gerakan GERMA sekarang harus mulai memfokuskan pada penguatan dan pendidikan ti tingkatan masyarakat bawah agar masyarakat dapat dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan mengerti akan hak-haknya dalam negara demokrasi sehingga masyarakat dapat berperan aktif untuk membangun negara di era demokrasi, tidak hanya bersifat pasif seperti di era orde baru.

Disini perlu perubahan paradigma dari demokrasi perwakilan yang liberal menjadi demokrasi deliberatif dimana mengutamakan penggunaan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak dan warganegara. Tujuannya untuk mencapai musyawarah dan mufakat berdasarkan hasil-hasil diskusi dengan mempertimbangkan berbagai kriteria. Keterlibatan warga (citizen engagement) merupakan inti dari demokrasi deliberatif.

Kemampuan Yang Harus Dikembangkan
Dalam ranah pembangunan kesadaran politik masyarakat untuk memperjuangkan haknya perlu sekiranga GERMA mengembangakan beberapa Kemampuan yang menunjang kapasitasnya untuk melakukan pendidikan politik tersebut, yang berguna uintuk mengawal bagaimana pemerintah dapat melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusannya, Kemampuan tersebut diantaranya dalah:
• Kemampuan Penelitian untuk merumuskan gerakan yang rasional
• Kemampuan advokasi masyarakat baik dibidang litigasi maupun non litigasi
• Kemampuan advokasi Kebijakan Publik
• Kemampuan advokasi Pembentukan Peraturan
• Kemampuan advokasi Pembentukan Anggaran
• Kemampuan advokasi Penyelengaraan Pelayanan Publik

Sekiranya dengan beberapa pengembangan beberapa kemampun tersebut GERMA dapat lebih mudah dalam bergerak dalam advokasi di tingkatan pemerintah daerah.

Semoga bermanfaat,......

Selasa, 14 September 2010

Format Gerakan Mahsiswa di Era Reformasi





Harus kita akui keberhasilan menumbangkan Orde Baru merupakan prestasi mahasiswa Indonesia yang paling signifikan yang memberikan dampak besar terhadap perubahan di masa depan. Lahirnya orde reformasi yang menggantikan orde baru paling tidak harus dipahami sebagai masa transisi yang meniscayakan kekaburan dan ketidakjelasan arah. Realitas sosial yang terjadi hari ini menampakkan benih-benih pesimisme dan sekaligus optimisme terhadap terjadinya perbaikan bangsa di masa depan

Harus kita akui keberhasilan menumbangkan Orde Baru merupakan prestasi mahasiswa Indonesia yang paling signifikan yang memberikan dampak besar terhadap perubahan di masa depan. Lahirnya orde reformasi yang menggantikan orde baru paling tidak harus dipahami sebagai masa transisi yang meniscayakan kekaburan dan ketidakjelasan arah. Realitas sosial yang terjadi hari ini menampakkan benih-benih pesimisme dan sekaligus optimisme terhadap terjadinya perbaikan bangsa di masa depan. Kita pesimis karena ekspektasi reformasi akan dijalankan secara benar tapi yang dirasakan sungguh di luar kalkulasi yang sewajarnya. Banyak contoh yang bisa memperkuat argumen ini, seperti masih terjadinya KKN, belum dijalankannya hukum secara jujur, konflik masih terus terjadi di beberapa daerah dan lain sebagainya. Bukan hanya fenomena yang tampak secara fisik tapi juga non fisik bersifat invisible dalam lokus lain di luar kesadaran belum memuaskan kita yang saat ini masih stagnan bahkan lebih buruk. Tapi yang membuat kita optimis adalah kenyataan bahwa masih ada spirit dan energi yang tersisa untuk terus meneriakkan suara-suara moral yang penuh vitalitas untuk terus memperbaharui tatanan sosial bangsa ini. Karena sudah menjadi sunnatullah sebuah bangsa yang tidak mampu mereformasi diri pasti akan mengalami kehancuran. Tugas yang besar itu akan dibebankan kepada pundak mahasiswa

Sebenarnya tugas tersebut bukan suatu hal yang istimewa karena memang fungsi mahasiswa sebagai agen pembaharuan dan sebagai kekuatan kontrol yang inheren dan given dalam dirinya sendiri didasari oleh nilai idealismenya. Dengan kata lain mahasiswa sebagai komunitas intelektual muda sadar dalam dirinya sebagai kekuatan determinan golongan pemuda yang mengemban mission sacree bagi masyarakatnya. Ia seperti digambarkan oleh Arnold Toynbe sebagai creative minority yaitu kekuatan kecil yang penuh kreativitas yang bersifat minority propethic (Jack New Field) yang bertindak bak seorang nabi untuk merubah sejarah. Karena itu tak bisa ditampik efek gerakan mahasiswa sebagai moral force pasti akan bersinggungan dengan political change. Konsekuensinya gerakan mahasiswa sering kali dituduh berpolitik praktis. Dalam konteks ini gerakan mahasiswa sering kali dituduh sebagai kuda tunggangan pihak lain yang membawa agenda tersembunyi (hidden agenda). Dalam konteks lain gerakan mahasiswa dipersepsikan melakukan anarkhisme dan penyebab instabilitas seperti politik kekerasan (political violence), politik penghancuran (political destruction) yang penuh dengan egoisme kelompoknya saja. Tuduhan-tuduhan seperti itu tidak boleh melemahkan kekuatan gerakan mahasiswa dalam mengawal reformasi. Singkatnya gerakan mahasiswa harus merupakan refleksi utuh realitas sosial yang melingkupi bangsanya.

Untuk menilai apakah gerakan mahasiswa tersebut masih murni dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran atau telah ditunggangi oleh suatu kepentingan tertentu (hidden agenda) sangat sulit, tetapi yang harus menjadi ukuran adalah komitmennya pada nilai idealisme yang autentik artinya tidak ada differensiasi antara kata dan perbuatan. Dan yang menjadi sumber inspirasinya adalah kepentingan dan kebutuhan rakyat.

Keberhasilan menumbangkan rezim orde baru tidak terlepas dari format gerakan mahasiswa yang dijalankan pada saat itu. Yang saya amati faktor-faktor yang mendukung keberhasilan gerakan mahasiswa antara lain : Pertama, adanya soliditas dan solidaritas di antara semua elemen gerakan. Fragmentasi dan polarisasi gerakan yang disebabkan oleh pebedaan visi dan misi ideologis tidak tampak walaupun tiap-tiap elemen gerakan membawa warna bendera sendiri-sendiri. Kedua, adanya musuh bersama (common Enemy) yaitu orde baru dan Soeharto yang menjadi sasaran bersama. Walaupun hal ini besifat jangka pendek tetapi sangat penting untuk membangun aliansi bersama. Ketiga, pemerintah sedang dilanda krisis ekonomi sehingga rakyat merasakan penderitaan akibatnya mobilisasi massa gampang dilakukan karena isu-isu yang introdusir kehadapan publik sangat menyentuh persoalan-persoalan elementer yang sedang dirasakan rakyat. Karena itu dukungan rakyat terhadap perjuangan mahasiswa sangat signifikan.

Memasuki era reformasi dirasakan gerakan mahasiswa mulai melemah dari sisi kualitas maupun kuantitas gerakan. Dari segi kuantitas gerakan melalui mobilisasi massa misalnya sudah sangat berkurang, begitupun kualitas wacana yang diitrodusir banyak tidak subtansial dan tidak menyentuh kebutuhan dasar rakyat. Gejala ini bila tidak dicarikan formula gerakan yang baru maka kekuatan gerakan mahasiswa akan tidak diperhitungkan dikemudian hari. Salah satu aspek yang harus menjadi perhatian adalah sejauh mana efektivitas gerakan mahasiswa saat ini dalam mengawal agenda reformasi. Ukuran efektif dan tidaknya bisa terdeteksi misalnya sejauhmana isu yang dikembangkan menjadi wacana umum dan mempengaruhi decision pemerintah. Dan sejauh mana wacana-wacana strategis mampu dielaborasi dengan baik. Misalnya pemberantasan tindakan-tindakan yang bernuansa KKN atau respon mahasiswa terhadap amandemen undang-undang dasar. Wacana-wacana yang strategis seperti itu tidak banyak diperjuangkan secara konsisten oleh berbagai elemen gerakan mahasiswa. Yang lebih ironis banyak gerakan mahasiswa yang terjebak dalam isu-isu elitis seperti dukung-mendukung terhadap elit poltik.

Arah gerakan mahasiswa adalah terbangunnya suatu gerakan sosial yang masif yang merubah aspek-aspek kultural dan struktural masyarakat. Gerakan sosial dapat dilihat, antara lain sebagai tanggapan terhadap adanya perasaan ketidakadilan yang muncul karena pandangan ideologis tertentu yang memberi dasar bagi suatu mobilisasi gerakan. Sifat partisan dan mobilisasi melibatkan komitmen pada gagasan dan cita-cita dari gerakan dan program-program. Arah gerakan sosial pada umumnya akan mengikuti dua pola yang berbeda, yaitu: pertama gerakan sosial antagonistik yang ditranfomasikan ke dalam kekuatan politik dan perubahan yang terintitusionalisasi dan kedua, gerakan sosial yang mengalami transformasi menjadi political rupture ketika mekanisme intitusionalisasi konflik sosial terhenti, (Touraine, 1985). Perubahan pada tataran kultural biasanya berlangsung dalam durasi waktu yang lama dan bersifat lunak. Karena itu pola gerakan yang harus dikembangkan harus bersifat ideologis dan paradigmatis yang menyentuh sistem kesadaran masyarakat. Sedangkan perubahan struktural harus terencana secara sistematis dan kontinyu yang harus melibatkan partisipasi publik secara luas. Kebutuhan perubahan pada masa transisi dan reformasi ini harus memenuhi dua hal tersebut.

Gerakan mahasiswa sebagai elemen yang mendesakkan perubahan harus mencari model gerakan baru pada masa reformasi ini. Pemahaman gerakan mahasiswa selama ini identik dengan kekuatan mobilisasi massa. Hal tersebut tidak salah tetapi perlu diperkuat oleh kemampuan mendeskripsikan realitas sosial yang sedang berlangsung. Karena itu penguasaan teoritis terhadap berbagai disiplin ilmu masing-masing sangat dibutuhkan. Anjuran untuk kembali mengaktifkan kelompok-kelompok diskusi (limited Group) adalah benar dan harus menjadi aktivitas gerakan. Minimnya wacana-wacana strategis yang dilesatkan saat ini karena diduga mahasiswa tidak banyak menguasai persoalan akibat dari kurangnya aktivitas membaca, menulis dan berdebat. Tradisi intlektual mahasiswa harus dihidupkan kembali. Tradisi intelektual akan semakin mempertajam kemampuan menalar sehingga akan semakin meningkatkan efektivitas gerakan. Gerakan akan semakin tercerahkan dan tidak mudah kehilangan isu. Reproduksi wacana akan semakin tinggi beriringan dengan dialektika intelektual yang semakin intensif.

Revitalisasi dan reaktualisasi gerakan mahasiswa harus selalu menjadi prioritas sehingga gerakan mahasiswa tidak kehilangan daya adaptifnya dalam lokus sosial yang sedang berlangsung. Seiring dengan perubahan-perubahan mendasar bagi bangsa gerakan mahasiswa tidak boleh ketinggalan momentum perubahan. Psikologi adaptif harus dimiliki gerakan mahasiswa karena yang menjadi motor perubahan adalah mahasiswa yang tanpa terbebani target kepentingan jangka pendek. Justeru yang perlu terus dijaga dan dirawat adalah komitmen pada idealisme yang bersumber pada hati nurani rakyat dan bangsa. Energi moral mahasiswa tidak akan pernah habis manakala ada kesadaran dan ikhtiar untuk terus melakukan koreksi terhadap berbagai penyimpangan.

Go ahead Mahasiswa Indonesia.

Ketika Gerakan Mahasiswa terjebak UUD



Historiografi Indonesia sejak abad 20 telah menempatkan mahasiswa sebagai golongan terhormat dalam sejarah bangsa, karena bagaimanapun mahasiswa adalah generasi-generasi yang turut aktif dalam perheletan pembangunan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai bukti yang menunjukan bahwa pelopor kemerdekaan sebagian datang dari kalangan mahasiswa diantaranya Ir.Soekarno yang pernah mengenyam pendidikan di Technisce Hoogeschool (THS) di Bandung. Soekarno dan kawan-kawan begitu gigih memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, begitupun tahun 66 mahasiswapun menjalankan peran yang amat besar dalam meruntuhkan pemrintahan Orde Lama yang dipimpin presiden Soekarno dan membumikan isu otiratian state dengan icon tritura. Tahun 74 pergerakan mahasiswa popular dengan peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) dengan mengusung isu Normalisasi Kehidupan Kampus(NKK)/Badan Koordinasi Kampus(BKK) dan perjuangan menuntut otonomisasi Negara dari intevensi asing, angkatan 78 memperjuangkan terciptanya demokrasi, tansparansi, akuntabilitasi serta pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dengan icon menolak Soeharto sebagai calon presiden, dan tahun 1998 adalah peristiwa 66 yang kembali terjadi, mahasiswa adalah penggerak aksi masa menuntut turunnya Presiden Soeharto dan digantinya Orde Baru menjadi Reformasi, begitulah peranan penting mahasiswa yang setiap zaman memiliki tantangan dan karakteristik yang berbeda.
Di era reformasi ini nampaknya ruh-ruh pergerakan mahasiswa tidak sehebat pra repormasi,
Slogan moral force mulai tergantikan oleh slogan cinta, kerja,kaya, itu artinya sebagian besar mahasiswa saat ini lebih mementingkan kepentingan studi mereka dengan orientasi bekerja dan setelah itu berkeluarga, bahkan tak sedikit dari mereka yang tak peduli dengan perkembangan dan nasib politik bangsa dan cenderung untuk apatis, mereka menganggap politik dan Negara bukan urusan mahasiswa, Negara adalah urusan staekholder yang saat ini sedang bertahta, padahal jika kita meninjau sejarah mahasiswa dunia, maka yang akan ditemui adalah pergerakan mahasiswa yang dibentengi idealisme dan kesolidan yang akhirnya dapat meruntuhkan tirani, diantaranya pergerakan mahasiswa Kuba (26 Juli 1957) mampu menggulingkan dictator Batista, mahasiswa Spanyol berhasil menjatuhkan kekuasaan dictator Primo Rivera dan jendral de Franco dan begitupun di Indonesia.
Pemuda dunia memainkan peranan penting dalam kehidupan ini dan sesuatu yang tak dapat dielakan. Di tangan generasi muda itu terletak tujuan berjuta-juta rakyat di dunia. Generasi muda harus menggarap tantangan dunia modern (Tom Mboya). Dalam konteks keindonesiaan pun mahasiswa sebagai generasi muda yang memiliki peranan sebagai agent of change harus mau peduli dengan keadaan bangsa kita yang kian hari kehilangan jati diri. Pergerakan mahasiswa yang punya idealisme kokoh dan tak tergoda akal bulus para pelaksana politik praktis merupakan alat control sosial yang ampuh, karena mahasiswa punya movement point dan punya hak untuk mengkritisi dan mengawasi pelaksanaan kebijakan politik..

Nasib Gerakan Mahasiswa saat ini…

mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi, dan punya perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek kehidupan dan merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis dan politik, oleh sebab itu adanya miniature state dikalangan mahasiswa merupakan proses pembelajaran politik untuk mahasiswa walaupun pada akhirnya dalam tataran politik praktis, gerakan-gerakan mahasiswa idealnya harus tetap bersifat independent dan tidak terjebak pada sikap pragmatis dan oportunis. Tapi pada kenyataannya saat ini banyak gerakan mahasiswa yang sudah ditumpangi elit-elit politik sehingga mereka tidak bisa bergerak bebas untuk menjalankan fungsinya sebagai alat control politik karena terikat perjanjian dengan elit politik tersebut. Hal inipun disinyalir penyebabab melempemnya gerakan mahasiswa pasca reformasi. Selain itu telah terjadi fragmentasi di intern gerakan mahasiswa itu sendiri yang disebabkan perbedaan ideology dan cara pandang terhadap permasalahan tertentu, dan munculnya mahasiswa opurtunis di tubuh gerakan mahasiswa dimanfaatkan kepentingan individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi mereka. Bahkan ada stigma yang berkembang di masyrakat bahwa untuk membiyai kebutuhan logistic organisasi agar program kerja organisasi tetap terlaksana akhirnya gerakan mahasiswa pun terjebak pada UUD “Ujung-Ujungya Duit” dan tumbuhlah budaya ABS “Asal Bapak Senang”, hal ini merupakan momok bagi pergerakan mahasiswa yang selama ini dikenal sebagai golongan masyarakat yang idealis dan berpihak pada masyarakat, untuk mengembalikan kembali image itu kita perlu belajar pada sejarah sebagaimana pepatah para ilmuan Prancis , L’ Histoire Se Repete (sejarah akan selalu berulang) untuk itu maka sepatutnyalah saat ini gerakan mahasiswa mulai merekontruksi soliditas gerakan dan menjalin komunikasi lintas gerakan dengan menghilangkan kecurigaan dan merasa benar sendiri (high egoisme), dan mulailah untuk kembali menata idealisme dan mengavaluasi format gerakan mahasiswa selama ini. Hal-hal tersebut harus diupayakan dalam rangka mengefektifkan kembali mahasiswa sebagai preasure penguasa.

Lia Sulistiawati
Member of Indonesia Youth Parliament

Menemukan Kembali Indonesia Lewat Gerakan Mahasiswa




________________________________________

NYARIS tanpa publikasi, delapan organisasi mahasiswa ekstra-universiter akhirnya jadi mengadakan pertemuan nasional Indonesian Students Assembly (ISA) di Hotel Raddin Sanur, Bali, 28-31 Desember 2002 silam. ISA mengambil tema besar "Reinventing (Menemukan Kembali) Indonesia".
KEDELAPAN organisasi mahasiswa ekstra-universiter itu adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Himpunan Kerukunan Mahasiswa Buddha Indonesia (Hikmahbudhi). Lima organisasi pertama adalah anggota Kelompok Cipayung yang sudah berdiri sejak 22 Januari 1972. Selain diikuti wakil kedelapan organisasi mahasiswa ekstra-universiter, acara ini juga dihadiri oleh 73 wakil Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Kegiatan diisi dengan studium generale sejumlah menteri, seperti Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea, dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah. Hadir pula pembicara lain seperti pengamat politik Kusnanto Anggoro, aktivis perempuan Nursjahbani Katjasungkana dan Chusnul Mar'iyah, pengamat hak asasi manusia (HAM) Anak Agung Banyu Perwita, serta pemerhati agama I Made Titib, budayawan Darmanto Jatman, dan pembicara lainnya.
KETIKA para wakil delapan organisasi mahasiswa ekstra-universiter mempublikasikan rencananya-dengan menggelar acara jumpa pers di Gedung Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, beberapa waktu lalu-wartawan sudah mengingatkan panitia, berlakulah transparan dalam soal biaya hajatan: dari mana datangnya biaya dan digunakan untuk apa saja. Apalagi seperti diakui Ketua Panitia Pengarah Nusron Wahid, organisasi mahasiswa ekstra-universiter rawan money and lobby politics.
Ketika itu Nusron di depan para wartawan menjelaskan, sebagian besar kegiatan akan didanai sendiri oleh kedelapan organisasi mahasiswa ekstra-universiter, "Tetapi sampai sekarang (maksudnya sampai acara jumpa pers digelar-Red), kami masih kesulitan soal dana," ucapnya.
Akhirnya, soal money and lobby politics yang dikhawatirkan itu pun terjadilah. Munculnya atribut "tahun 2003 sebagai tahun perdamaian" dalam hajatan mahasiswa, ternyata dicanangkan pula oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Apalagi waktu penyelenggaraan pertemuan hampir bersamaan waktunya dengan peluncuran buku Taufik Kiemas.
Sejumlah elemen mahasiswa-terutama BEM-BEM perguruan tinggi paling berpengaruh-mengaku tidak mau hadir, karena khawatir mereka cuma dipakai untuk menggalang dukungan bagi pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dalam hajatan besar tersebut. Ketika mendengar rencana pertemuan, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sudah mengendus adanya upaya menggembosi kekuatan gerakan mahasiswa prodemokrasi yang kebetulan saat ini lebih banyak menentang Megawati.
"Upaya ini tentu saja mengganggu citra gerakan mahasiswa di mata publik," ucap Ketua Umum KAMMI Hermawan.
Sekretaris Jenderal Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Gigih Guntoro menambahkan, "LMND juga melihat adanya indikasi kelompok ini mempertahankan kekuasaan Presiden Megawati Soekarnoputri sampai tahun 2004 dengan imbalan uang yang saya kira tidak sedikit, ya buat mahasiswa."
"Kalau dilihat dari susunan dan materi acaranya serta besarnya biaya, peluang seperti itu sangat mungkin terjadi," timpal Ketua BEM Universitas Indonesia (UI) Rico Marbun.
Marbun mendengar dari kawan-kawan BEM lainnya, sudah sejak akhir tahun lalu beberapa pemerintah daerah mengajak elemen mahasiswa terlibat dalam pembuatan laporan akhir tahun pemerintahan Megawati Soekarnoputri dan tentu saja laporan ABS (Asal iBu Senang).
"Tetapi saya kira BEM UI dan juga BEM-BEM lainnya tak perlu dihadap-hadapkan dengan ISA. Saya percaya, mereka yang cuma mau duduk di balik meja dan memilih jadi 'makelar', tidak akan pernah mendapat kepercayaan rakyat," ujarnya.
Aktivis Forum Kota (Forkot) Adian Napitupulu bahkan terang-terangan menuding ISA mau memperdagangkan gerakan mahasiswa.
"Kelompok Cipayung ini kan dari dulu cuma mau membangun kekuatan lobi-lobi elite saja dan menangguk banyak keuntungan pribadi dari sana. Mana pernah mereka berani turun ke jalan sampai berdarah-darah untuk memperjuangkan kepentingan rakyat?" ujarnya.
Nusron Wahid yang juga Ketua Umum PMII akhirnya mengaku mendapat dana penyelenggaraan sejumlah politisi dari dua parpol, salah satunya parpol besar. Menurut Nusron, acara tersebut menghabiskan dana sekitar Rp 400 juta yang diperoleh dari 78 donatur alumni kedelapan organisasi mahasiswa ekstra-universiter tersebut yang sekarang sebagian sudah menjadi politisi dan pengusaha.
Ketua Panitia Pelaksana ISA Robert JE Nalenan membantah panitia atau kedelapan organisasi ektra-universiter jadi "makelar gerakan mahasiswa". Menurut dia, kalau ada peserta yang merasa ditelantarkan, itu karena kesalahan mereka. Dalam undangan jelas disebut, undangan berlaku untuk satu orang. Nyatanya, dua sampai tiga orang yang datang, sehingga jumlah yang datang mencapai 700 orang.
"Kalau ada peserta yang kehabisan uang transpor dan mengeluh, itu bukan tanggung jawab kami, karena tanggung jawab kami hanya sebatas akomodasi. Jadi bukan karena hak mereka disunat. Bohong itu," lanjut Nalenan.

SOAL hasil pertemuan? Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM Piet KH Khaidir mengakui, pertemuan tidak menghasilkan rekomendasi politik apa-apa. Menurut dia, memang sempat terjadi perdebatan di luar forum antara organisasi mahasiswa ekstra-universiter dengan BEM menyangkut soal dukung-mendukung Presiden Megawati Soekarnoputri.
"IMM sendiri justru ingin mendelegitimasi pemerintahan Megawati, tapi karena tidak tercapai kata sepakat, ISA akhirnya tidak mengeluarkan rekomendasi politik apa pun," ucap Piet.
Menurut Nalenan, ISA memang tidak pernah berniat menjadikan pertemuan ini sebagai arena dukung-mendukung. "Kami hanya ingin menjadikan forum ini sebagai sarana untuk berkomunikasi saja dalam menyamakan visi Indonesia ke depan," ucap Nalenan.
Nusron membantah ISA tidak menghasilkan apa-apa. Kata dia, ISA sudah menghasilkan rencana aksi yang sudah disetujui masing-masing sidang komisi-politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, pendidikan, jender, otonomi daerah, dan hukum.
"Memang tidak ada sidang pleno setelah sidang-sidang komisi tersebut, karena keputusan ini hanya networking group masing-masing komisi," papar Nusron Wahid, Ketua Umum PMII.
Sejak Presiden Soeharto jatuh hingga sekarang, organisasi mahasiswa ekstra-universiter-terutama PMII, HMI, PMKRI, GMNI, dan GMKI-seperti tenggelam di tengah menjamurnya front-front aksi mahasiswa seperti Forum Kota (Forkot), Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Famred), dan KAMMI.
Hal itu terjadi karena menurut mantan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI Anas Urbaningrum, kelompok ini kurang lincah merespons isu-isu yang berkembang di masyarakat karena terlalu birokratis dan terstruktur. Selain itu, menurut mantan Ketua Umum PB PMII Muhaimin Iskandar, kelompok ini terjebak oleh status mereka sebagai organisasi massa (ormas) dan kedekatan aktivis-aktivisnya terhadap elite politik. Stigmatisasi bahwa kelompok-kelompok ini cuma perpanjangan tangan kelompok elite politik atau batu loncatan awal karier politik, membuat kelompok ini semakin tidak populer.
Piet juga mengakui, organisasi ekstra-universiter ini sekarang terpinggirkan. Kondisi lebih jelek dialami PMKRI seperti dikemukakan Nalenan.
"Degradasinya sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan, terutama pada tingkat cabang yang kurang didukung oleh alumni dan Gereja," tutur mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PMKRI Denpasar itu.
DIBANDING elemen aksi mahasiswa lainnya, kelompok organisasi mahasiswa ekstra-universiter ini, seperti dikatakan Anas Urbaningrum dan Muhaimin Iskandar, sebenarnya memiliki program latihan kepemimpinan yang lebih baik: terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan.
HMI misalnya, memiliki Latihan Kepemimpinan (LK) I hingga III. PMII memiliki Pendidikan Kader Dasar (PKD) dan Pendidikan Kader Lanjutan (PKL). PMKRI memiliki Masa Bimbingan (Mabim), Latihan Kepemimpinan Kader (LKK), Konferensi Studi Regional (KSR), dan Konferensi Studi Nasional (KSN). IMM memiliki Darul Arqam Dasar, Darul Arqam Madya, dan Darul Arqam Paripurna. GMKI memiliki Pengkaderan Tingkat Dasar, Pengkaderan Tingkat Menengah, dan Pengkaderan Tingkat Lanjutan.
"Organisasi mahasiswa ekstra-universiter ini akan menjadi penyuplai kader di bidang politik, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintahan," kata Muhaimin Iskandar.
"Mereka juga mempunyai ideologi yang jelas, sehingga bisa menjadi kerangka sistem cita-cita sosial mereka," tambah Anas Urbaningrum yang kini adalah anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Selain itu, walaupun baru pada tingkat mahasiswa, kemauan dan kemampuan mereka untuk berkonsolidasi merupakan model bangsa ini bisa berkonsolidasi, meski berbeda aliran, agama, atau ideologi. Satu hal yang tampak sulit dilakukan di Indonesia dewasa ini.
Persoalannya, apakah kader-kader organisasi mahasiswa ekstra-universiter ini mau atau tidak mengubah paradigma lamanya dari kader "taoge" yang konsumtif hedonistis menjadi kader yang mandiri, terampil, berhati nurani, egalitarian, dan berani.
Apabila mereka mampu mengubah paradigma ini, maka mungkin mereka akan mampu menemukan kembali gerakan mahasiswa bersama dengan kelompok-kelompok front aksi mahasiswa lainnya. Seharusnya mereka bukan malah saling menepuk dada, mengambil posisi saling berhadap-hadapan, saling menjatuhkan satu sama lain; tetapi justru saling melengkapi. (COK/BUR/WIN)
URL Source: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0301/11/nasional/77483.htm

ARAH GERAKAN MAHASISWA INDONESIA DI SIMPANG JALAN? (Kritik Terhadap Format Gerakan Mahas





Pendahuluan
Krisis moneter bangsa Indonesia menimbulkan catatan sejarah barua bangsa Indonesia khususnya menyangkut gerakan mahasiswa yang begitu progresif dan melebur dengan masyarakat menuntut perbaikan nasib jutaan rakyat Indonesia. Sejarah ini ditorehkan oleh kalangan generasi muda, khususnya gerakan mahasiswa, melalui peristiwa yang dikenal sebagai era reformasi. Sebuah era baru, setelah jatuhnya rezim otoriter Orde Baru (Orba) di bawah kepemimpinan Jenderal Besar Soeharto oleh kekuatan rakyat (people power) melalui peristiwa yang kita kenal dengan "Tragedi Mei 1998". Demontrasi mahasiswa pada saat itu selalu mejadi legenda dan sejarah perjuangan mahasiwa sebagai katalisator dalam menjatuhkan regim Soeharto.
Kondisi saat itu tentu berbeda sekali dengan kondisi sekarang. Saat ini, berbagai demontrasi mahasiswa sudah tidak mendapat respek lagi dari masyarakat. Apa yang selama ini dilakukan dengan turun ke jalan bila hanya dilakukan oleh pihak mahasiwa sendiri tidak lebih disebut sebagai "pawai", karnaval", atau "arak-arakan" belaka. Dan malah lebih berkesan hura-hura jika aksi mereka tidak murni ide mahasiswa. “Demontrasi titipan” demikian yang menjadi stigma masyarakat terhadap gerakan mahasiswa Indonesia saat ini. Dan bila mahasiswa turun jalan membawa aspirasi murni hati nurani rakyat serta berlatar belakang ide mahasiswa sendiri tanpa ditunggangi, tanpa titipan-titipan maka turun jalan demikian dapat dikatakan sebagai "unjuk rasa". Tetapi apakah ini masih ada mengingat sikap dan keberpihakan terhadap kaum tertindas telah dikooptasi oleh situasi praktis yang sedang berkembang yang kurang menguntungkan nasib bangsa kita sendiri.
Dengan demikian strategi yang mesti dilakukan oleh mahasiswa jika memang
mereka berani dalam membela kebenaran adalah bersikap dialogis terhadap
pemerintah, introspeksi tentang niat kemurnian gerakan, dan tanggap
benar dengan rakyat. Untuk itu, format gerakan mahasiswa harus tanpa kekerasan dan berwajah damai, namun tegas dan lugas dalam menyampaikan aspirasi rakyat sesuai yang dibutuhkan rakyat bukan menjadi rakyat semakin pusing melihat kelakuan mahasiswa.
Memudarnya Gerakan Mahasiswa Indonesia
Sejarah pergerakan mahasiswa dengan pemerintah dan elite politik sudah berlangsung sejak lama. Tahun 1966, misalnya, mahasiswa secara lantang menyuarakan isu Tritura. Kemudian tahun 1970 mahasiswa melakukan aksi menentang kenaikan harga minyak serta budaya korupsi di tubuh pemerintahan. Selanjutnya, mahasiswa juga kencang menggugat berbagai persoalan yang dinilai sepihak, tidak adil, dan tidak demokratis seperti Peristiwa Malari (1974), kebijakan pembekuan Dewan Mahasiswa (1978), asas tunggal Pancasila (1984), dan SDSB (1988).
Berbeda dengan partai poltik yang berorientasi kekuasaan, gerakan mahasiswa memperjuangkan nilai-nilai (values) yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Gerakan mahasiswa adalah seperangkat kegiatan mahasiswa yang bergerak menentang dan mempersoalkan realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan realitas subjektif mereka. Hal itu termanifestasikan melalui aksi-aksi politik dari yang bersifat lunak hingga sangat keras seperti penyebaran poster, tulisan di media massa, diskusi-diskusi politik, lobi, dialog, petisi, mogok makan, mimbar bebas, pawai di kampus, mengunjungi lembaga kenegaraan, turun ke jalan secara massal, perebutan dan pendudukan fasilitas-fasilitas strategis seperti lembaga kenegaraan, stasiun radio serta televisi, dan lain-lain.
Mahasiswa mengambil pilihan itu karena merasakan dan memahami bahwa ada nilai-nilai yang "suci" atau "ideal" dan bahkan "universial" yang mengalami ancaman khususnya karena kebijakan pemerintah. Mahasiswa berdemonstrasi karena menemukan banyak gejala atau praktik yang hendak menggusur dan bahkan membunuh nilai-nilai tersebut. Vijay Sathe dalam Culture and Related Corporate Realities (1958) mendefinisikan nilai sebagai basic assumption about what ideals are desirable or worth striving for. Ungkapan "worth striving for" menunjukkan bahwa pada suatu saat manusia rela mengorbankan nyawanya untuk mengejar sesuatu nilai.
Hal tersebut yang saat ini mulai tergerus dalam perjalanan jaman dalam pergulatan gerakan mahasiswa di Indoensia. Gerakan mahasiswa ternyata ikut larut juga dalam kondisi sosial budaya masyarakat kita, dimana budaya hedonisme dan konsumerisme yang demikian tinggi. Arah gerakan mahasiswa sudah tidak lagi berbicara konteks memperjuangkan kepentingan masyarakat tertindas baik dari penghisapan bangsa sendiri dan bangsa asing. Tetapi lebih berbicara apa yang dapat diuntungkan dari situasi yang sulit ini. Degradasi inilah yang menyebabkan kemrosotan pola pikir dan daya intelektual mahasiswa. Mahasiswa sudah banyak berkurang tentang ide-ide cemerlang terhadap nasib bangsa apalagi tentang kerelaan untuk mengorbankan nyawa demi tegaknya nilai-nilai ideal. Padahal mahasiswa harusnya berjiwa idealis, progresive, militan, dan revolusioner untuk mempertanyakan segala hal dari yang bersifat pinggiran ke masalah yang bersifat asasi sekaligus melakukan perubahan-perubahan yang dicita-citakannya. Dalam dunia gerakan mahasiswa sudah tidak bisa lagi bertumpu pada hanya sekedar reorika semata. Gerakan mahasiswa.
Kesediaan untuk berkorban demi tegaknya nilai-nilai yang dianggap ideal adalah investasi utama bagi lahirnya radikalisme mahasiswa. Namun seringkali idealisme dan radikalisme gerakan mahasiswa tidak diiringi dengan kalkulasi-kalkulasi yang strategis dan taktis. Gerakan mahasiswa sering berjalan terlalu berani namun terlalu lurus tanpa perhitungan yang matang. Akibatnya, gerakan mahasiswa mudah sekali dibaca, dikendalikan, dan akhirnya dimanfaatkan gerakan kelompok kepentingan.
Dalam konteks gerakan mahasiswa seharusnya tidak berhenti sebagai gerakan moral dan gerakan menumbangkan rezim saja, tetapi juga harus merebut dan membangun kekuasaan. Tanpa kekuasaan ini tidaklah mungkin bagi mahasiswa untuk mewujudkan cita-cita politiknya. Mengenai cara atau metode untuk mendapatkan kekuasaan ini, mahasiswa harus mampu membangun gerakan ekstraparlementer lewat mobilisasi massa dan gerakan intraparlementer dengan masuk ke kancah politik formal. Oleh karena itu, sebagian gerakan mahasiswa harus mendirikan partai-partai politik. Secara rasional maupun konseptual, adanya gagasan atau keinginan agar mahasiswa lebih berani dalam bermain politik, sesungguhnya tidaklah berlebihan. Mahasiswa sebagai salah satu pilar civil society yang terdidik, secara tradisional memiliki tanggung jawab moral untuk membawa masyarakat ke alam kehidupan yang lebih baik dan demokratis. Secara rasional tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa adalah penerjemah dan pencari solusi atas merebaknya kegelisahan sosial.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah ketika kaum intelektual sudah mulai terjun langsung ke dalam dunia politik praktis, akankah para mahasiswa mengikuti jejak senior mereka? Lantas, kepada siapa rakyat akan mempercayakan mandat dan aspirasinya? Padahal kalau kita simak kembali lembaran sejarah, gerakan mahasiswa itu sebenarnya tidak pernah mempunyai tujuan-tujuan politik praktis, sebagaimana gerakan-gerakan sosial pada abad ke-17 hingga 19. Gerakan mahasiswa sifatnya hanya berupa aktivitas atau reaksi-reaksi spontan dan sporadis yang bertujuan hendak mewujudkan atau menolak suatu perubahan, keadaan sosial atau tatanan politik tertentu. Gerakan mahasiswa selalu dan hanya lahir pada saat-saat di mana terdapat fenomena social anomie atau social disorder. Manakala tertib sosial dan harmoni telah terbangun, dengan sendirinya mereka akan kembali menekuni dunia keilmuan (back to campus).


Paradigma Gerakan Mahasiswa Indonesia
Terkait dengan gerakan mahasiswa ada dua pendekatan atau paradigma yang mengemuka sejak munculnya gerakan kaum terpelajar yaitu gerakan politik atau gerakan moral. Kedua pendekatan ini yang selalu mewarnai gerakan mahasiswa di Indonesia di luar mahasiswa-mahasiswa yang larus dalam dunia pragmatis. Berbagai upaya untuk mendekatkan mahasiswa dengan masyarakat dilakukan baik melalui pola pemberdayaan masyarakat melalui LSM ataupun kelompok-kelompok studi. Sementara itu, gerakan mahasiswa yang lebih cenderung ke arah politik lebih suka bermain di dataran elite partai maupu kekauasaan. Hal ini yang seringkali meninbulkan persinggungan gerakan mahasiswa di Indonesia. Contoh yang paling mudah adalah pasca jatuhnya regim Soeharto maka gerakan mahasiswa terpolarisasi dalam berbagai gerakan, baik itu yang moralistik dengan mengedpankan intelektual maupun gerakan politik dengan terlibat dalam partai politik. Bahkan saat ini muncul gerakan mahasiswa yang hanya berdasarkan orde. Tentu kelompok yang terakhir ini sangat memprihatinkan kita semua baik itu yang lebih menggunkan pendekatan politik maupun moral.
Terlepas dari itu semua, gerakan mahasiswa sudah tidak bisa lagi hanya berdasarkan pendekatan moral dan intelektual semata atuapun pendekatan politik. Keduanyta harus sinergi sebagai upaya mencapai atau meraih apa yang mejadi cita-cita moral mahasiswa. Untuk itu gerakan mahasiswa harusnya merupakan gerakanmoral politik. Mahasiswa tidak bisa lagi dikungkung dalam kampus semata dan bergulat dengan bidang keilmuwannya semata, mahasiswa harus selalu peduli dan kritis terhadap setiap permasalahan yang ada di bangsa kita. Jika mahasiswa masih terpola dengan cara-cara lam maka gerakan mahasiswa akan semakin tertinggal baik oleh para pragmatis yang selalu mencari keuntungan maupun kelompok-kelompok yang memiliki tujuan menghancurkan bangsa Indonesia.
Untuk itu, mahasiswa tidak bisa lagi mengandalkan tuntutan perjuangan semata dengan melupakan tanggung jawab sebai seorang intelektual. Kemampuan intelektual inilah yang saat ini sudah banyak ditinggalka oleh aktivis gerakan. Mahasiswa terjebak dalam prilaku pragmatis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi tanpa melihat secara lebih mendalam tentang substansi permasalahan yang dihadapi. Pada akhirnya gerakan mahasiswa maupun mahasiswa itu saendiri gagap terhadap setiap perkembangan jaman yang berubah secara cepat.
Penutup
Peranan politik mahasiswa itu, pada setiap waktu, sangat penting. Gerakan mahasiswa itu semacam medan latihan buat munculnya tenaga baru untuk partai, ormas, lsm, birokrasi, profesional, dll. Eksistensi gerakan mahasiswa amat ditentukan oleh kekuatan pemikiran dan kompetensi profesionalnya. Sebagai anak zaman, gerakan mahasiswa juga bergerak seirama dengan tuntutan zaman. Dalam konteks Indonesia, khususnya gerakan mahasiswa, ada beberapa poin yang bisa dijadikan acuan gerakan, antara lain:
1. Gerakan mahasiswa mesti menyiapkan ruang yang kondusif untuk membekali komunitasnya dengan keunggulan komparatif, agar kelak mampu eksis dalam kompetisi politik dan ekonomi yang semakin terbuka dan ketat.
2. Gerakan mahasiswa yang secara ideologis memiliki keberagaman (pluralisme ideologi), sudah semestinya mampu menemukan "sinergi kolektif" melalui tradisi "komunikasi tanpa prasangka" demi memperjuangkan kepentingan bangsa. Dalam diksi yang lain, sentimen ideologis kelompok atau golongan, jangan malah mengalahkan kepentingan kolektif kita sebagai bangsa.
3. Gerakan mahasiswa mesti mengambil prakarsa untuk menstimulasi, menjaga, dan mengawal berlangsungnya "demokrasi politik" dan "demokrasi ekonomi", melalui pergumulan varian isu seperti supremasi hukum, kebebasan berserikat/berkumpul, kebebasan pers, anti-KKN, penegakan HAM, dll.
4. Gerakan mahasiswa mutlak melakukan reorientasi dalam agenda gerakan atau perjuangan kolektifnya. Sering perubahan konfigurasi dan budaya politik nasional, tema-tema gerakan yang menjadikan "orang/figur sebagai musuh bersama" tampaknya kurang relevan atau kontekstual lagi. Hendaknya, gerakan mahasiswa lebih memberikan atensinya terhadap tema-tema mendasar seperti ancaman disintegrasi nasional, disparatis antarwilayah, bias otonomi daerah yang memunculkan sentimen/ego daerah yang justru mengancam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD '45.
5. Gerakan mahasiswa sudah semestinya mentradisikan motivasi perjuangan yang meletakkan loyalitas kepada cita-cita, bukan kepada orang. Gerakan mahasiswa akan kehilangan jati dirinya ketika ia memainkan perannya sebagai subordinasi dari orang per orang, dan bakal terkubur eksistensi sejarahnya apabila ia membiarkan dirinya menjadi alat penguasa, siapa pun pemegang kekuasaan itu.

Selasa, 29 Desember 2009

GAUL ERADIKASI HANYA KRNA INI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang penting bagi kehidupan mahluk hidup, baik untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk kepentingan lain. Namun air bersih sedikit persediaannya karena banyak sumber daya air yang tercemar. Pencemaran air terjadi akibat ulah manusia melakukan aktifitas produksi dan konsumsi sering membuang limbah secara sembarangan ke dalam saluran air. Bahan pencemar juga berasal dari limbah rumah tangga, pasar dan sawah.
Air yang tercemar merupakan penyebab timbulnya kematian di dunia, setiap tahun diperkirakan 10 juta kematian premature (27.000 kematian setiap hari), lebih dari setengahnya adalah anak balita. Diare menyebabkan 4 juta kematian anak balita setiap tahun, sementara 500 juta mengalami kebutaan akibat tidak tersedianya air bersih untuk membersihkan mata (Lean dan Hinrichsen 1992).
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dan menurunkan angka kejadian penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh air, maka diperlukan air yang bersih.

Tujuannya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal, karena kesehatan merupakan sebagian kualitas hidup manusia. Menurut undang-undang RI Nomor 23 tahun 1992 disebutkan bahwa "Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial dan ekonomis”.
Untuk mencapai hidup bebas jauh dari penyakit dapat diupayakan dengan cara memutuskan rantai penularan melalui tindakan sanitasi dasar yang salah satunya adalah penyediaan air bersih. Air merupakan salah satu sarana finis yang sangat esensial dan air juga merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan 70% tubuh manusia mengandung air.
Untuk keperluan hidup sehari-hari air dapat diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya air angkasa, air permukaan dan air tanah. Sedangkan sarana penyediaan air bersih yang dapat diterapkan diantaranya dengan sistem perpipaan, sumur gali, sumur pompa tangan, perlindungan mata air, penampungan air hujan dan sumur artesis. Dari setiap macam sarana tersebut mempunyai sistem kerja sendiri-sendiri.
Besarnya peran air dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, selain untuk proses hidup seperti makan dan minum, akan tetapi juga untuk proses lainnya seperti proses pertanian, pemadam kebakaran dan bahkan proses metabolisme dalam tubuh manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan, maka untuk mencapai kebutuhan tersebut air harus mencakup syarat kuantitas dan syarat kualitas baik fisik, kimia maupun biologi.
Seperti kita ketahui, kebutuhan air bersih selalu meningkat dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi, sehingga kebutuhan air bersih adalah mutlak adanya dan perlu pengawasan sanitasi terhadap kualitas, alat, orang dan cara kerja.
Salah satu sarana penyediaan air bersih di Nusa Tenggara Barat adalah dengan sumur gali kurang lebih 75 % penduduk. Di Kelurahan Pegesangan Timur penyakit diare menempati urutan ketiga.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena kualitas fisik sumur sangat tidak memenuhi syarat sehingga dimungkinkan adanya pencemaran kualitas bakteriologis air pada sumur gali tersebut. Oleh karena itu perlu diantisipasi dengan perbaikan keadaan konstruksi sumur maupun lingkungan sekitar sehingga tidak terjadi pencemaran. Di Kelurahan Pegesangan Timur masyarakat menggunakan air sumur gali untuk diminum tanpa dimasak terlebih dahulu. Untuk itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan kondisi fisik sumur gali dengan kualitas air (bakteriologis).




B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut "Apakah ada hubungan antara keadaan fisik sumur gali dengan Kualitas Air (Bakteriologis) di Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pegesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram. "'.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara keadaan fisik sumur gali dengan kualitas air (bakteriologis) di Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pegesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengidentifikasi keadaan fisik sumur gali yang ada di Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pegesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram.
b. Untuk mengidentifikasi kualitas bakteriologis air sumur gali di Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pegesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram.

c. Untuk mengidentifikasi hubungan keadaan fisik sumur gali dengan kualitas air (bakteriologis) di Lingkungan Gebang Barat.
3. Manfaat
a. Bagi Pemerintah Daerah/Instansi Terkait
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kesehatan khususnya dalam penyediaan air bersih.
b. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian berikutnya.
c. Bagi Penulis
Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam mempraktekan ilmu pengetahuan dan teori yang telah diterima di bangku kuliah maupun di lapangan.

D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah "Diduga ada hubungan antara keadaan fisik sumur gali dengan kualitas air (Bakteriologis) di Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram ".


E. Definisi Operasional
Untuk menghindari luasnya permasalahan dan salah kaprah dalam penulisan ini maka perlu adanya batasan pengertian sebagai berikut :
1. Keadaan fisik sumur gali adalah kondisi secara nyata sumur gali mulai dari keadaan konstruksi maupun letaknya dengan sumber pencemaran pada daftar tilik.
2. Keadaan fisik sumur gali memenuhi syarat adalah bila >60% item daftar tilik menjawab 'ya'.
3. Keadaan fisik sumur gali tidak memenuhi syarat adalah bila <60% item daftar tilik menjawab 'ya'.
4. Kualitas bakteriologis adalah keadaan umum kuman/bakteri pathogen yang digunakan sebagai indikator bakteri golongan coli dalam air.
5. Kualitas memenuhi syarat adalah jumlah kuman colifm per 100 ml sampel dalam air setelah melalui pemeriksaan < 50 golongan colifm (MPN).
6. Kualitas tidak memenuhi syarat adalah kuman colifm per 100 ml sampel dalam air setelah melalui pemeriksaan > 50 golongan colifm (MPN).
7. Responder adalah kepala keluarga (KK) yang memiliki sumur gali yang telah terpillih menjadi sampel.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tullis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini meliputi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Defenisi Operasional dan Sistematika Penelitian.
BAB II LANDMAN TEORI
Pada bab ini menerangkan tentang teori yang menunjang sesuai dengan judul karya tulis, diantaranya : Pengertian Air Bersih, Peranan air, Sumber Asal Air, Macam-macam Sarana Penyediaan Air Bersih, Kebutuhan Air, Standar Kualitas Air.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini meliputi Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Variabel Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tentang Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Hasil Penelitian.
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang Fisik Sumur dan Kualitas Air (Bakteriologis).


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari peneliti serta memberikan saran.
DAFTAR PUSTAKA


















BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Air
Pengertian air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah: "Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila sudah dimasak".
Sedangkan pengertian air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan adalah: "Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum".
Sarana penyediaan air adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mendapatkan air yang digunakan untuk keperluan sehari¬-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air bersih tidak hanya dipakai untuk air minum saja tetapi menyangkut bidang yang lain, misalnya untuk perindustrian, pelayaran, fasilitas umum dan lain-lain.



B. Peranan Air
1. Peranan Air Bagi Kehidupan
Air sangat besar pengaruhnya terhadap manusia maupun binatang dan tumbuh-tumbuhan, oleh karena itu air merupakan sumber dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi.
Apabila kekurangan air dalam jumlah tertentu akan menimbulkan dampak yang buruk, seperti timbulnya berbagai macam penyakit bahkan dapat mengakibatkan kematian. Hal ini dapat berlaku bagi mahluk hidup lain, hal ini dikemukakan oleh Djasio Sanropie dan kawan-kawan tahun 1984 antara lain sebagai berikut:
Tubuh manusia mengandung air 60-70% dari seluruh badan, air di daerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% getah bening darah sebagian besar terdiri dari air.
Apabila tubuh kehilangan seluruh jaringan lemak dan juga kehilangan setengah dari cadangan protein, hal ini sudah membahayakan bagi tubuh manusia, namun apabila kekurangan air 20% saja dalam tubuh akan menyebabkan kematian.
2. Peranan Air dalam Penularan Penyakit
Air mempunyai peranan besar dalam penularan beberapa penyakit. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit adalah disebabkan oleh keadaan air itu sendiri yang sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikrobiologis.
Air dapat bertindak sebagai tempat berkembang biak mikrobiologis dan juga bisa sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikrobiologis berpindah ke manusia.
Adapun penyakit yang ditularkan melalui air dapat dibagi atas 3 kelompok:
a. Kelompok penyakit Water Borne mechanism
Bila air minum mengandung kuman-kuman penyakit, maka air tersebut jika diminum dapat menimbulkan penyakit bagi manusia yang bersangkutan diantaranya penyakit Cholera, Typhoid, Hepatitis, Disentri basiler.
b. Kelompok penyakit Water Washed mechanism
Timbulnya penyakit akibat kurangnya penyediaan air bersih dan rendahnya tingkat kebersihan perorangan seperti penyakit infeksi kulit, mata, Scabies dan sebagainya.
c. Kelompok penyakit Water Related Insect Vector mechanism
Kelompok penyakit ini dapat ditularkan melalui serangga yang hidup dan berkembang biak dalam air, contohnya penyakit malaria, fillariasis, demam berdarah dan yellow fever.



C. Sumber Asal Air
Keadaan air di bumi merupakan suatu proses yang berlanjut dan berputar sehingga merupakan suatu siklus (daur) ulang. Prinsip dasar siklus hidrologi adalah dengan bantuan energi panas matahari.
Dengan mempelajari siklus air maka sumber asal air dapat diklasifikasikan :
1. Air Angkasa
Uap air yang mangalami presipitasi akan turun, sebagai hujan atau salju sehingga boleh dikatakan merupakan air murni (Pure Water).
Dari segi bakteriologis relative lebih bersih, akan tetapi kurang mengandung garam dan zat mineral sehingga bersifat lunak (soft water) dan sering kali berkontaminasi zat-zat yang ada di udara yang menyebabkan air bersifat korusif. Pelakuan ini tergantung situasi setempat.
Penggunaan air hujan sebagai sumber air merupakan jalan terakhir apabila sumber air lain tidak bisa dimanfaatkan.
Air angaksa adalah air yang terjadi karena adanya hujan dan awan yang mengandung uap air, misalnya air hujan, es, salju.
2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang tersimpan dan terperangkap di dalam lapisan tanah atau bebatuan dan mengalami pengisian atau penambahan secara terus menerus oleh alam, seperti mata air, sumur dangkal, sumur dalam, sumur gali dan sumur artesis.
Dari segi bakteriologis kualitas air tanah umumnya lebih baik dibandingkan dengan air permukaan, tetapi seringkali mengandung mineral dalam kadar tinggi yang dipengaruhi oleh keadaan kandungan mineral tanah.
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang telah jatuh ke bumi, kemudian seterusnya menuju ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai yang ada di sekitarnya dan akhirnya menuju ke laut misalnya : air sungai, telaga alam dan telaga buatan.
Pada umumnya sumber air permukaan merupakan air yang kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahalu sebelum dimanfaatkan karena mengalami pengotoran.

D. Macam-macam Sarana Penyediaan Air Bersih
Tujuan penyediaan air bersih adalah penyediaan air sehat yaitu air yang bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan kimia yang beracun kepada penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.
Macam-macam penyediaan air bersih yang dapat diterapkan di kota maupun di pedesaan adalah:
1. Perlindungan Mata Air
Sesuai dengan kondisi mata air yang muncul di permukaan tanah, mata air mudah mengalami pencemaran. Munculnya mata air ini sangat bervariasi, untuk itu dalam membuat perlindungan mata air perlu disesuaikan dengan munculnya mata air tersebut.
Dalam membangun perlindungan mata air perlu memenuhi syarat:
a. Terbuat dari bahan kedap air dengan tutup di atas
b. Tutup dijaga agar tidak menjadi jalan masuknya zat-zat pencemar
c. Disediakan pipa penguras dan peluap
d. Sambungan pipa distribusi dan peralatan bantu hanya untuk penyediaan air.
e. Perlu pemasangan pagar dan saringan pengering air yang mengalir dari samping bak penampung.
2. Sumur Gali
Sumur gali merupakan sarana pengambilan air tanah dengan diameter 1-2 meter. Pemberian lapisan rapat air sedalam 3 meter dari permukaan tanah dan bibir sumur setinggi 1 meter diperlukan untuk menghindari pencemaran. Alat yang digunakan untuk mengambil air dapat berupa timba tali.


3. Sumur Pompa Tangan
Selain sumur gali, untuk mengambil air tanah dapat juga dengan cara pengeboran yang selanjutnya dipasang pompa tangan. Sesuai dengan kedalaman air tanah sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam.
4. Penampungan Air Hujan
Penampungan air hujan dibuat berdasarkan jumlah kebutuhan air musim kemarau berlangsung.
Secara skematis sistem penampungan air hujan dapat diperinci sebagai berikut :
a. Atap rumah untuk menadah air hujan yang masuk
b. Talang atap untuk mengumpulkan air hujan dari atap
c. Pipa pemasukan untuk mengalirkan air hujan dari talang ke reservoir
d. Saringan untuk membersihkan air hujan sebelum masuk ke dalam reservoir.
e. Resevoir adalah tempat untuk menyimpan air hujan.
f. Keran untuk mengeluarkan air (Djasio Sanropie, dkk 1994).

E. Kebutuhan Air
Air merupakan bahan yang penting sekali dalam kehidupan manusia, tanpa air maka kehidupan di dunia ini praktis tidak mungkin.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Air
Pemakaian rata-rata perorang perhari berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain, satu kota dengan kota lain, satu desa dengan desa lain.
Variasi-variasi ini tergantung pada berbagai factor:
a. Besar kecilnya kota atau daerah
b. Ada tidaknya industri
c. Kualitas dari air
d. Harga air
e. Tekanan air
f. Iklim
g. Karakteristik penduduk
h. Arti air bagi kehidupan
2. Pemakaian Air
a. Pemakaian untuk berbagai tujuan
1) Untuk keperluan domestik yaitu keperluan rumah tangga
2) Untuk keperluan komersial dan industri
3) Untuk keperluan umum
4) Untuk keperluan peternakan dan pertanian
b. Banyaknya pemakai air
1) Dari suatu studi perbandingan ternyata pemakai air di negara¬negara yang sudah maju lebih bersar dari negara-negara yang berkembang.
Beberapa angka yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Amerika : 150-1050 liter/orang/hari
Eropa : 150-320 liter/orang/hari
Australia : 150-290 liter/orang/hari
2) Untuk Indonesia bagi keperluan domestik pada waktu ini dapat diambil angka-angka semantara sebagai berikut:
a) Untuk daerah perkotaan : 100-150 liter/orang/hari dengan minimum 86,4 liter/orang/hari.
b) Untuk daerah pedesaan dapat diambil dari studi WHO mengenai pemakaian air untuk daerah pedesaan di negara-negara berkembang yaitu 60 liter/orang/hari (Djasio Sanropie, dkk, 1984: 42).

F. Standar Kualitas Air
Di Indonesia standar kualitas air yang digunakan sebagai pedoman adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/PER/ IX/1990 bahwa air bersih yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi syarat sebagai berikut:



1. Syarat Fisik
Syarat fisik yang di gunakan untuk air bersih yaitu :
a. Jernih
b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Tidak berbau
Jika terjadi penyimpangan terhadap syarat fisik, maka air bersih yang ada tidak disukai oleh konsumen.
2. Syarat Kimia
a. Tidak mengandung zat-zat beracun
b. Tidak mengandung zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
c. Tidak mengandung zat-zat dengan kadar melebihi batas tertentu sehingga menimbulkan gangguan fisiologis.
d. Tidak mengandung zat-zat dengan kadar yang melebihi batas tertentu sehingga mengganggu teknis dan ekonomis.
3. Syarat Bakteriologis
Untuk air bersih indikator yang dipakai hanya bakteri golongan coli (total coliform) saja, dimana untuk air yang melalui perpipaan jumlah total colifm per 100 ml sampel kadar maksimum yang diperbolehkan 10 golongan colifm (MPN).

Sedangkan air bukan pipaan 50 golongan colifm (MPN). Adanya beberapa sebab kuman golongan coli menjadi indikator dalam persyaratan air diantaranya adalah golongan coli ditentukan dalam air.

G. Penyediaan Air Dengan Sumur Gali
1. Pengertian Sumur Gali
Air merupakan suatu bahan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan hidup, oleh karena itu manusia selalu berusaha bagaimana caranya supaya memperoleh air yang bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya dengan membuat bangunan pengumpul air tanah dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah dan menggunakan timba untuk menaikan air tanah, yang airnya dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga terutama untuk minum, masak, mandi dan cuci dan cara itu disebut dengan sumur gali.
2. Lokasi Sumur Gali
Pertimbangan yang harus ada dalam pembuatan sumur gali adalah:
a. Pada tanah stabil 10 meter dari sumber pencemar
b. Pada tanah labil <15 meter dari sumber pencemar.


3. Aspek Sanitasi dalam Pembuatan Sumur Gali
Untuk menghindari kontaminasi perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Sejauh 10 meter dari pencemar bakterioligis dan <95 meter dari pencemar kimia.
b. Tidak terletak pada daerah banjir
c. Lebih dari 3 meter karena untuk menyaring air hujan
d. Tempat bekas penggalian sampah dan lubang empang dihindari dari lokasi sumur.














BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu dengan menggambarkan secara obyektif kondisi fisik sumur gali dihubungkan dengan keadaan kualitas air (bakteriologis) serta pembuktian dengan menggunakan statistik.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pegesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel dalam penelitian ini adalah keadaan fisik sumur gali
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas air (bakteriologis) air.
3. Variabel pengganggu
Variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat cara pengambilan sampel dan pemeriksaan.
D. Kerangka Konsep









Keadaan fisik sumur gali yang saniter :
1. Jamban mempunyai pembuangan (septic tank)
2. Tidak ada pencemaran dalam 10 meter
3. Tidak ada. genangan air dalam jarak 2 meter
4. Saluran pembuangan limbah tidak rusak (SPAL)
5. Pagar sekeliling sumur kedap air
6. Lantai radius > 1 meter
7. Tidak ada genangan air di atas sumur
8. Tidak ada keretakan pada lantai sumur
9. Ember dan tali diletakkan sedemikian rupa
10. Mempunyai bibir sumur yang sempurna
11. Dinding sumur diplester
Keadaan fisik sumur gali yang tidak saniter :
1. Jamban tidak mempunyai pembuangan (septic tank)
2. Ada sumber pencemaran lain dalam 10 meter
3. Ada kolam /genangan air dalam jarak 2 meter
4. Saluran pembuangan rusak /tidak ada
5. Pagar sekeliling sumur tidak sempurna
6. Lantai tidak radius
7. Ada genangan air di atas lantai sumur
8. Ada keretakan pada lantai sumur
9. Ember dan tali diletakkan di sembarangan tempat
10. Bibir sumur tidak sempurna
11. Dinding sumur tidak diplester

E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sarana air bersih sumur gah yang ada di Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pegesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili secara keseluruhan populasi (Notoatmojo, h. 92, 1992).
3. Cara Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel adalah "Purposive Sampling", peneliti bertanggung jawab terhadap keabsahan sampel tersebut. Dikarenakan keabsahan kondisi populasi tersebut homogen. Jumlah sampel yang diambil adalah:
a. Sampel untuk sumur yang saniter sejumlah 15 unit atau 50 %
b. Sampel untuk sumur yang tidak saniter adalah adalah 15 unit atau 50 %.
Dari masing-masing sumur tersebut dilaksanakan pemeriksaan bakteriologis. Dari hasil pemeriksaan kemudian dilakukan dengan pengujian statistic X2.

F. Cara Pengumpulan Data
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Botol pemberat steril
b. Termos es/cool books
c. Plastik dan label
d. Bunsen
e. Korek api
f. Es batu/cool pack
g. Tas pengambilan sampel
2. Cara kerjanya:
a. Bilas/sterilkan tangan dengan kapas alkohol
b. Nyalakan api
c. Buka tali pengikat botol
d. Masukan botol ke dalam sumur, arahkan botol ke pinggir kemudian perlahan-lahan diangkat, isi airnya ¾ botol.
e. Setelah terisi air, mulut botol diperlambir
f. Beri label, kemudian masukan ke dalam plastic

G. Analisis Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisa dengan menggunakan statistik Kai Kudrat, dimana tabelnya adalah sebagai berikut :
Tabel Kai Kuadrat
Independent

Dependen Kondisi Fisik Saniter Kondisi Fisik Tidak Saniter Jumlah
Kualitas bakteriologis memenuhi syarat a s a + c
Kualitas bakteriologis memenuhi syarat b d b + d
Jumlah a + b c + d a + b + c + d
Dengan interpretasi data adalah :

X2 hitung > x2 α berarti terdapat perbedaan yang bermakna

H. Jenis Data yang Dikumpulkan
1. Data Primer
Data yang didapatkan dari daftar tilik (checlist) dan kualitas bakteriologis diperoleh dari hasil pemeriksaan di laboratorium pada Dinas Kesehatan Kota Mataram.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari lingkungan itu sendiri yaitu data geografi dan biografi.









BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gebang Barat merupakan salah satu lingkungan yang ada di Kelurahan Pegesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram, dengan luas wilayah 980 Ha.
Gebang Barat Kelurahan Pegesangan Timur terdiri dari 4 RT yaitu RT. 1, RT. 2, RT. 3 dan RT. IV.
Adapun batas wilayah Gebang Barat adalah sebagai berikut :
1) Di sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Bung Karno
2) Di sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Jelantik Gosa
3) Di sebelah Barat berbatasan dengan Karang Sukun
4) Di sebelah Utara berbatasan dengan JI. Bung Hatta

1. Data Umum
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan tahun 2009 jumlah penduduk sebanyak 299 KK atau 1.065 jiwa yang terdiri dari 534 jiwa laki-laki dan 531 jiwa perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk Lingkungan Gebang Barat
Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
No Kelompok Umur Jumlah Presentase
1 0 – 12 tahun 121 12 %
2 13 – 18 tahun 598 57 %
3 19 – 59 tahun 158 22 %
4 < 60 tahun 88 9 %
Jumlah 1.065 100 %
Sumber : Monografi Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Kota Mataram

Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk umur antara 13-18 tahun sebanyak 57% dan umur 19-59 tahun sebesar 22%, sedangkan 0-12 tahun sebanyak 12%.








b. Pendidikan
Tabel 4.2
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Tingkat
Pendidikan di Lingkungan Gebang Barat Tahun 2008/ 2009
No Tingkat Pendidikan Jumlah Peresentase
1 Rendah 760 89%
2 Sedang 78 9%
3 Tinggi 18 2%
Jumlah 846 100
Sumber : Monografi Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram

Tingkat pendidikan formal penduduk Lingkungan Gebang Barat yaitu tamat pendidikan rendah 760 jiwa atau 89%, pendidikan sedang 78 jiwa atau 9%, pendidikan tinggi 18 jiwa atau 2%.








c. Pekerjaan
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Gebang Barat Menurut
Mata Pencaharian/Pekerjaan Tahun 2009
No Kelompok Umur Jumlah Peresentase
1 Petani 8 1
2 Pegawai Negeri 12 2%
3 Swasta 75 10%
4 Buruh 670 87%
Jumlah 765 100
Sumber : Monografi Lingkungan Gebang Barat Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram

Berdasarkan hasil pencatatan data mengenai pekerjaan penduduk Gebang Barat tahun 2008/2009 diperoleh sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh yaitu 670 jiwa atau 87%, sedangkan pekerja lainnya yaitu swasta 75 jiwa atau 10%, pegawai negeri 12 jiwa atau 2% dan petani hanya 8 jiwa atau 1 %.
2. Data Khusus
a. Data Prasarana Kesehatan
Dalam rangka melayani masyarakat, baik dalam tindakan kuratif maupun prefentif di Gebang Barat termasuk wilayah kerja Puskesmas Pagesangan. Dari pencatatan Puskesmas Pagesangan diketahui jumlah pemilik jamban 43 buah, PDAM 8 buah, sumur gali 77 unit.
b. Data 10 Penyakit Utama
Data kasus penyakit yang tercatat di Puskesmas Pagesangan selama tahun 2008/2009 dapat dilihat dalam table :
Tabel 4.4
Rekapitulasi 10 Penyakit Terbesar
Di Gebang Barat Tahun 2009
No Jenis Penyakit
1 ISPA
2 Infeksi
3 Diare
4 Alergi
5 Mata
6 Rongga Mulut
7 DBD
8 Malaria
9 Perut
10 Bronchitis
Sumber : Laporan Puskesmas Pagesangan Tahun 2008/2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penyakit terbesar adalah ISPA, penyakit terbesar kedua adalah infeksi, dengan penyakit terbesar ketiga adalah penyakit diare, penyakit terbesar keempat adalah alergi, kelima Penyakit mata, ke enam penyakit rongga mulut, ketujuh demam berdarah dengue, penyakit terbesar ke delapan adalah malaria, penyakit terbesar kesembilan yaitu penyakit perut dan penyakit terbesar kesepuluh adalah bronchitis.

B. Data Hasil Penelititan
1. Keadaan Fisik Sumur Gali
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data mengenai keadaan fisik sumur gali yang ada di Gebang Barat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
No Keadaan Fisik Sumur
Gali Jumlah (Unit) Peresentase
1 Saniter 15 50%
2 Tidak Saniter 15 50%
Jumlah 30 100%

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa sumur yang diperiksa keadaan fisik saniter adalah 15 unit adalah 15 atau 50% dan sumur yang keadaan fisik tidak saniter adalah 15 unit atau 50%.

2. Kualitas Air (Bakteriologis)
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data mengenai kualitas air (bakteriologis) yang ada di Gebang Barat adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Kualitas Bakteriologis Air di Gebang Barat
Tahun 2009
No Kualitas Air (bakteriologis) Jumlah (unit) Peresentase
1 Memenuhi Syarat 9 30%
2 Tidak Memenuhi Syarat 21 70%
Jumlah 30 100%

Dari tabel di atas dilihat bahwa 30 unit sumur atau 100% sumur yang diperiksa; sumur yang memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) 9 unit atau 30% dan sumur yang tidak memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 21 buah atau 70%.
3. Jumlah Sumur yang Keadaan Fisik Sumur Saniter dengan Kualitas Air Sumur (Bakteriologis)
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data mengenai jumlah sumur yang keadaan fisik saniter dengan kualitas air sumur (bakteriologis) di Gebang Barat adalah sebagai berikut:


Tabel 4.7
Jumlah Sumur yang Keadaan Fisik Sumur Saniter Dengan Kualitas Air Sumur (Bakteriologis) di Gebang Barat
Tahun 2009
No Keadaan Fisik Sumur Yang
Saniter Jumlah
(unit) Peresentase
1 Kualitas air (bakteriologis)
memenuhi syarat 9 60%
2 Kualitas air (bakteriologis)
tidak memenuhi syarat 6 40%
Jumlah 15 100%

Dari tabel tersebut di atas di lihat bahwa dari 15 sumur atau 100 % yang memiliki kondisi fisik yang saniter di peroleh sumur yang memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis ) adalah 9 unit atau 60 % dan sumur yang tidak memenuhi syarat adalah 6 unit atau 40 %.
4. Jumlah Sumur Yang Keadaan Fisik Sumur Tidak Saniter dengan Kualitas Air Sumur (Bakteriologis)
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data mengenai jumlah sumur yang keadaan fisik sumur tidak saniter dengan kualitas air sumur (bakteriologis) di Gebang Barat adalah seperti tabel berikut :



Tabel 4. 8
Jumlah Sumur yang Keadaan Fisik Sumur Tidak Sanitar dengan Kualitas Air Sumur (Bakteriologis)
di Gebang Barat Tahun 2009
No Keadaan Fisik Sumur Yang Tidak Saniter Jumlah (Unit) Peresentase
1 Kualitas air (bakteriologis)
memenuhi syarat 0 0%
2 Kualitas air (bakteriologis)
tidak memenuhi syarat 15 100%
Jumlah 15 100%
Sumber : Data Primer
Dari tabel tersebut di atas dilihat bahwa dari 15 sumur atau 100% yang memiliki kondisi fisik tidak saniter diperoleh sumur yang memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 0 unit atau 0% dan sumur yang tidak memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 15 unit atau 100%.
5. Hubungan Keadaan Fisik dengan Kualitas Air (Bakteriologis) di Gebang Barat
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data mengenai keadaan fisik sumur gali dengan kualitas air sumur (bakteriologis ) di Gebang Barat adalah seperti tabel berikut :



Tabel 4.9
Hubungan Keadaan Fisik dengan Kualitas Air (Bakteriologis) di Gebang Barat Tahun 2009

Independen

Dependen Keadaan Fisik Sumur Yang Saniter Keadaan Fisik
Sumur Yang
tidak Saniter Jml
Kualitas air (bakteriologis)
memenuhi syarat 9 0 9
Kualitas air (bakteriologis)
tidak memenuhi syarat 6 15 21
Jumlah 15' 15 30
Sumber : Data Primer













BAB V
PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lingkungan Gebang Barat
Gebang Barat Kelurahan Pagesangan Timur terdiri dari empat RT yaitu : RT. I, RT. II, RT. III dan RT IV, dengan jumlah penduduk sebanyak 299 KK atau 1.065 jiwa yang terdiri dari 534 jiwa laki-laki dan 531 perempuan.

B. Keadaan Kondisi Fisik Sumur di Lingkungan Gebang Barat
Dari 30 sumur atau 100% yang diperiksa, sumur yang saniter adalah 15 unit atau 50% dan sumur yang tidak saniter adalah 15 unit atau 50 %.
Hal ini karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang keadaan sumur yang saniter masih kurang, sehingga masih banyak ditemukan sumur yang lantainya berlubang sehingga terjadi genangan air pada lantai sumur, juga karena banyak masyarakat yang memiliki sumur yang tidak memiliki dinding sumur dan kedap air tiga meter bawah sumur tidak ada.
Sebagian penduduk juga memiliki sumur yang dekat dengan sumber pencemaran, seperti dekat sungai dan lubang peresapan (septic tank) dan sebagian sumur penduduk juga tidak dilengkapi dengan saluran pembuangan air limbah, namun hanya dibiarkan menggenang bagitu saja sehingga air kembali meresap ke bawah sumur.

C. Keadaan Kualitas Air (Bakteriologis) di Gebang Barat
Dari 30 unit sumur atau 100% yang diperiksa, sumur yang memenuhi syarat dari segi kualitas air (bakteriologis) adalah 9 unit atau 60% dan sumur yang tidak memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 21 unit atau 40%. Keadaan ini dipengaruhi oleh keadaan konstruksi sumur-sumur tersebut yang tidak seniter.
Setelah melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh instansi kesehatan, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Mataram ternyata kebanyakan sumur penduduk tidak memenuhi syarat dari segi kualitas air (bakteriologis).

D. Hubungan Kondisi Fisik Sumur dengan Kualitas Air (Bakteriologis) di Gebang Barat

Dari 15 unit sumur atau 100% yang memiliki kondisi fisik saniter diperoleh sumur yang memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 9 unit atau 60% dan sumur yang tidak memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 6 unit atau 40%. Dari 15 sumur atau 100% yang memiliki kondisi fisik tidak saniter diperoleh sumur yang memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 0 unit atau 0%, dan sumur yang tidak memenuhi syarat adalah 15 unit atau 100%.
Tabel 4.9
Hubungan Keadaan Fisik dengan Kualitas Air (Bakteriologis)
di Gebang Barat Tahun 2009

Independen

Dependen Keadaan Fisik Sumur Yang Saniter Keadaan Fisik
Sumur Yang
Tidak Saniter Jml
Kualitas air (bakteriologis)
memenuhi syarat 9 0 9
Kualitas air (bakteriologis)
tidak memenuhi syarat 6 15 21
Jumlah 15 15 30


=
=
=
= 12,8
Dilihat dari hasil perhitungan kai kuadrat di atas, dimana α = 5% (0,05) dan df – (c-1) x (R-1) = (2-1) x (2-1) DF = 1x1 = 1, maka X2 α = 3,84 dan X2 = 12,8 maka X2 hitung > X2 α dalam tabel.



Dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna antara kondisi fisik sumur terhadap kualitas air (bakteriologis). Jadi terdapat hubungan antara kondisi fisik sumur dengan kualitas bakteriologisnya maka hipotesis dalam penelitian ini telah terjawab.


















BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari segi konstruksi sumur, maka jumlah sumur yang saniter adalah 15 unit atau 50% dan yang tidak saniter adalah 15 unit atau 50%.
2. Dari segi kualitas air (bakteriologis) maka jumlah sumur yang memenuhi syarat dari segi kualitas air adalah 9 unit atau 30% dan sumur yang tidak memenuhi syarat kualitas air (bakteriologis) adalah 21 unit atau 70%.
3. Dari 15 unit atau 100% sumur yang kondisi fisiknya saniter, kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat adalah 9 unit atau 60%, sedangkan kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat adalah 6 unit atau 40%.
4. Dari 15 unit atau 100% sumur yang keadaan fisiknya tidak saniter, kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat adalah 0 unit atau 0%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat adalah 15 unit atau 100%.
5. Setelah dianalisis dengan menggunakan kai kuadrat maka terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kualitas bakteriologisnya. Jadi terdapat hubungan antara keadaan fisik sumur gali dengan kualitas air (bakteriologis) di Gebang Barat Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Mataram Kota Mataram. Maka hipotesis dalam penelitian ini telah terjawab.

B. Saran-Saran
Berkaitan dengan hasil kesimpulan yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
a. Agar masyarakat memperhatikan keadaan sumur masing¬masing, memperhatikan keadaan lingkungan agar sumber air terutama air sumur tidak mudah tercemar .
b. Membiasakan diri memasak air sebelum diminum agar tidak menimbulkan penyakit.
2. Bagi Pemerintah/Instansi Terkait
a. Kepada puskesmas setempat agar selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar selalu memperhatikan sumur mereka masing¬-masing.
b. Memberikan pengawasan terhadap kualitas air yang ada dengan memberikan bubuk kaporit sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi air yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Darpito, Hening. "Pedoman Teknis Grading Penyehatan Air Sistem Perpipaan" Jakarta: Direktorat Penyehatan Air Ditjen PPM dan PLP Depkes, 1997
Darpito, Hening. "Pengawasan Kulaitas Air" Jakarta Departemen Kesehatan, 1997
Darpito, Hening, dkk., "Pedoman Pelaksaan Pengawasan Kualitas Air Minum" Jakarta: Dirjen POM dan PLP Depkes RI, 1995
Darpito, Hening, dkk., "Pelatihan Penyehatan Air" Jakarta Depkes RI, 1995
Depkes dan Kessos RI. “Penatalaksanaan Penyakit Berbasis Lingkungan di Klinik Sanitasi, untuk Puskesmas”. Dit.Jen. P2MPL, 1998
Dinas Kesehatan Prop. NTB. “Pedoman Klinik Sanitasi untuk Puskesmas Sub.Din Bina Penyehatan Lingkungan”. 2003
Dinas Kesehatan Prop. Jawa Tengah. “Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih”. (Proyek PKAB Tahun 1996/1997)
Djabu, Udin, dkk. “Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi Lingkungan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan”. Dep. Kes RI, Jakarta. 1990/ 1991
Notoatmojo, Soehidjo. “Metode Penelitian Kesehatan”, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. “Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman”. Jakarta, 1989
Sanropie, Djasio, M. Sc,dkk. “Pedoman Studi Penyediaan Air Bersih Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai”. Depkes RI, Jakarta 1984
Suparlan. M.Se. “Pedoman Pengawasan Tempat-Tempat Umum”, Merdeka Print, Suarabaya 1998



DAFTAR TILIK (CHECLIST) KEADAAN FISIK SUMUR GALI YANG SANITER
Lingkungan : GEBANG BARAT
Kelurahan : PAGESANGAN TIMUR
Tanggal : 5 SEPTEMBER 2009
No Nama KK Umur KK Jml Jiwa URAIAN DIAGNOSA KHUSUS Jml Skor Resiko
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ada jamban dlm 10m Ada sumber pencemaran lain dalam 10m Ada kolam/ genangan air dalam 2m SPAL rusak/ tidak ada Pagar keliling sumur tidak sempurna Lantai radius < 1m Ada genangan air di atas lantai sumur Ada keretakan pada lantai sumur Ember dan tali timba diletakkan sedemikian rupa Bibir sumur tidak sempurna Dinding sumur tidak diplester
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1 BAHRUDIN 45 4 √ √ √ √ √ √ 6
2 NURKIAH 60 6 √ √ √ √ √ √ 6
3 RAPI UDIN 60 7 √ √ √ √ √ √ 6
4 SOLEH 52 3 √ √ √ √ √ √ 6
5 MUSRIL 45 8 √ √ √ √ √ 5
6 HJ. MUSTAKIM 60 8 √ √ √ √ √ √ 6
7 INAK AWI 41 5 √ √ √ √ √ √ 6
8 AMAK AWI 54 6 √ √ √ √ √ √ 6
9 JUMINAH 35 7 √ √ √ √ √ √ 6
10 BAAH 43 6 √ √ √ √ √ √ 6
11 SAMIUN 35 5 √ √ √ √ √ √ 6
12 INDRA 27 2 √ √ √ √ √ √ 6
13 DEDI 45 7 √ √ √ √ √ 5
14 BEDUL 52 5 √ √ √ √ √ √ 6
15 ABAHA 56 6 √ √ √ √ √ √ 6

MS : Apabila jumlah “Ya” 6 item
TMS : Apabila jumlah “Ya” < 6 item


DAFTAR TILIK (CHECLIST) KEADAAN FISIK SUMUR GALI YANG TIDAK SANITER

Lingkungan : GEBANG BARAT
Kelurahan : PAGESANGAN TIMUR
Tanggal : 5 SEPTEMBER 2009
No Nama KK Umur KK Jml Jiwa URAIAN DIAGNOSA KHUSUS Jml Skor Resiko
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ada jamban dlm 10m Ada sumber pencemaran lain dalam 10m Ada kolam/ genangan air dalam 2m SPAL rusak/ tidak ada Pagar keliling sumur tidak sempurna Lantai radius < 1m Ada genangan air di atas lantai sumur Ada keretakan pada lantai sumur Ember dan tali timba diletakkan sedemikian rupa Bibir sumur tidak sempurna Dinding sumur tidak diplester
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1 HERMAN 25 6 √ √ √ √ √ 5
2 UDIN 52 4 √ √ √ √ √ 5
3 SAFIRI 43 3 √ √ √ √ √ 5
4 HUMAIDI 26 5 √ √ √ √ √ 5
5 MARAIATI 24 8 √ √ √ √ √ 5
6 RAMLI 31 3 √ √ √ √ √ 5
7 HARIAH 24 4 √ √ √ √ √ 5
8 NASIR 27 7 √ √ √ √ √ 5
9 UMAH 23 3 √ √ √ √ 4
10 LUPI 27 6 √ √ √ √ 4
11 JUNAIDI 35 7 √ √ √ √ √ 5
12 MUTISAH 40 5 √ √ √ √ 4
13 NURIAH 33 4 √ √ √ √ √ 5
14 SAIBU 26 5 √ √ √ √ √ 5
15 ISMAIL 30 6 √ √ √ √ √ 5

MS : Apabila jumlah “Ya” 6 item
TMS : Apabila jumlah “Ya” < 6 item


DAFTAR : HASIL PEMERIKSAAN SAMPEL AIR SUMUR YANG KEADAAN FISIKNYA TIDAK SANITER DI LINGKUNGAN GEBANG BARAT TAHUN 2009

NO NAMA PEMILIK SARANA MS TMS
1 HERMAN √
2 UDIN √
3 SAFIRI X
4 JUMAIDI √
5 MARAIATI X
6 RAMLI √
7 HARIAH X
8 NASIR √
9 UMAH X
10 LUPI √
11 JUNAIDI X
12 MUTISAH √
13 NURIAH X
14 SAIBU √
15 ISMAIL √

Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat





DAFTAR : HASIL PEMERIKSAAN SAMPEL AIR SUMUR YANG KEADAAN FISIKNYA SANITER DI LINGKUNGAN GEBANG BARAT TAHUN 2009

NO NAMA PEMILIK SARANA MS TMS
1 BAHRUDIN
2 NURKIAH
3 RAPI UDIN
4 SOLEH
5 MUSRIL
6 HJ. MUSTAKIM
7 INAK AWI
8 AMAK AWI
9 JUMINAH
10 BAAH
11 SAMIUN
12 INDRA
13 DEDI
14 BEDUL
15 ABAHA

Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Minggu, 01 November 2009

ASKEP TB PARU 2

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)
TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)


TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

A. Pengertian

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.


B. Etiologi

Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.


C. Patofisiologi

Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).


D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas.
7. Nyeri dada.
8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

F. Penatalaksanaan

Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
o Streptomisin inj 750 mg.
o Pas 10 mg.
o Ethambutol 1000 mg.
o Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
o INH.
o Rifampicin.
o Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
o Rifampicin.
o Isoniazid (INH).
o Ethambutol.
o Pyridoxin (B6).


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala :
o Kelelahan umum dan kelemahan.
o Nafas pendek karena bekerja.
o Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
o Mimpi buruk.

Tanda :
o Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
o Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
2. Integritas Ego.
Gejala :
o Adanya faktor stres lama.
o Masalah keuanagan, rumah.
o Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
o Populasi budaya.
Tanda :
o Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
o Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
3. Makanan / cairan.
Gejala :
o Anorexia.
o Tidak dapat mencerna makanan.
o Penurunan BB.
Tanda :
o Turgor kulit buruk.
o Kehilangan lemak subkutan pada otot.
4. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
o Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
o Berhati-hati pada area yang sakit.
o Perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernafasan.
Gejala :
o Batuk produktif atau tidak produktif.
o Nafas pendek.
o Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda :
o Peningkatan frekuensi nafas.
o Pengembangan pernafasan tak simetris.
o Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels – posttusic).
o Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
o Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
o Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
6. Keamanan.
Gejala :
o Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :
o Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi sosial.
Gejala :
o Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
o Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
8. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
o Riwayat keluarga TB.
o Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
o Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
o Tidak berpartisipasi dalam therapy.

B. Diagnosa keperawatan Yang Muncul
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.

C. Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1. :
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
• Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
• Mendemontrasikan batuk efektif.
• Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Intervensi :
• Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
• Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
• Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
• Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
• Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
• Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
• Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
• Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
• Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Diagnosis Keperawatan 2. :
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
• Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
• Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
• Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
• Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
• Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
• Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
• Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
• Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
• Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.