Selasa, 14 September 2010

Ketika Gerakan Mahasiswa terjebak UUD



Historiografi Indonesia sejak abad 20 telah menempatkan mahasiswa sebagai golongan terhormat dalam sejarah bangsa, karena bagaimanapun mahasiswa adalah generasi-generasi yang turut aktif dalam perheletan pembangunan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai bukti yang menunjukan bahwa pelopor kemerdekaan sebagian datang dari kalangan mahasiswa diantaranya Ir.Soekarno yang pernah mengenyam pendidikan di Technisce Hoogeschool (THS) di Bandung. Soekarno dan kawan-kawan begitu gigih memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, begitupun tahun 66 mahasiswapun menjalankan peran yang amat besar dalam meruntuhkan pemrintahan Orde Lama yang dipimpin presiden Soekarno dan membumikan isu otiratian state dengan icon tritura. Tahun 74 pergerakan mahasiswa popular dengan peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) dengan mengusung isu Normalisasi Kehidupan Kampus(NKK)/Badan Koordinasi Kampus(BKK) dan perjuangan menuntut otonomisasi Negara dari intevensi asing, angkatan 78 memperjuangkan terciptanya demokrasi, tansparansi, akuntabilitasi serta pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dengan icon menolak Soeharto sebagai calon presiden, dan tahun 1998 adalah peristiwa 66 yang kembali terjadi, mahasiswa adalah penggerak aksi masa menuntut turunnya Presiden Soeharto dan digantinya Orde Baru menjadi Reformasi, begitulah peranan penting mahasiswa yang setiap zaman memiliki tantangan dan karakteristik yang berbeda.
Di era reformasi ini nampaknya ruh-ruh pergerakan mahasiswa tidak sehebat pra repormasi,
Slogan moral force mulai tergantikan oleh slogan cinta, kerja,kaya, itu artinya sebagian besar mahasiswa saat ini lebih mementingkan kepentingan studi mereka dengan orientasi bekerja dan setelah itu berkeluarga, bahkan tak sedikit dari mereka yang tak peduli dengan perkembangan dan nasib politik bangsa dan cenderung untuk apatis, mereka menganggap politik dan Negara bukan urusan mahasiswa, Negara adalah urusan staekholder yang saat ini sedang bertahta, padahal jika kita meninjau sejarah mahasiswa dunia, maka yang akan ditemui adalah pergerakan mahasiswa yang dibentengi idealisme dan kesolidan yang akhirnya dapat meruntuhkan tirani, diantaranya pergerakan mahasiswa Kuba (26 Juli 1957) mampu menggulingkan dictator Batista, mahasiswa Spanyol berhasil menjatuhkan kekuasaan dictator Primo Rivera dan jendral de Franco dan begitupun di Indonesia.
Pemuda dunia memainkan peranan penting dalam kehidupan ini dan sesuatu yang tak dapat dielakan. Di tangan generasi muda itu terletak tujuan berjuta-juta rakyat di dunia. Generasi muda harus menggarap tantangan dunia modern (Tom Mboya). Dalam konteks keindonesiaan pun mahasiswa sebagai generasi muda yang memiliki peranan sebagai agent of change harus mau peduli dengan keadaan bangsa kita yang kian hari kehilangan jati diri. Pergerakan mahasiswa yang punya idealisme kokoh dan tak tergoda akal bulus para pelaksana politik praktis merupakan alat control sosial yang ampuh, karena mahasiswa punya movement point dan punya hak untuk mengkritisi dan mengawasi pelaksanaan kebijakan politik..

Nasib Gerakan Mahasiswa saat ini…

mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi, dan punya perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek kehidupan dan merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis dan politik, oleh sebab itu adanya miniature state dikalangan mahasiswa merupakan proses pembelajaran politik untuk mahasiswa walaupun pada akhirnya dalam tataran politik praktis, gerakan-gerakan mahasiswa idealnya harus tetap bersifat independent dan tidak terjebak pada sikap pragmatis dan oportunis. Tapi pada kenyataannya saat ini banyak gerakan mahasiswa yang sudah ditumpangi elit-elit politik sehingga mereka tidak bisa bergerak bebas untuk menjalankan fungsinya sebagai alat control politik karena terikat perjanjian dengan elit politik tersebut. Hal inipun disinyalir penyebabab melempemnya gerakan mahasiswa pasca reformasi. Selain itu telah terjadi fragmentasi di intern gerakan mahasiswa itu sendiri yang disebabkan perbedaan ideology dan cara pandang terhadap permasalahan tertentu, dan munculnya mahasiswa opurtunis di tubuh gerakan mahasiswa dimanfaatkan kepentingan individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi mereka. Bahkan ada stigma yang berkembang di masyrakat bahwa untuk membiyai kebutuhan logistic organisasi agar program kerja organisasi tetap terlaksana akhirnya gerakan mahasiswa pun terjebak pada UUD “Ujung-Ujungya Duit” dan tumbuhlah budaya ABS “Asal Bapak Senang”, hal ini merupakan momok bagi pergerakan mahasiswa yang selama ini dikenal sebagai golongan masyarakat yang idealis dan berpihak pada masyarakat, untuk mengembalikan kembali image itu kita perlu belajar pada sejarah sebagaimana pepatah para ilmuan Prancis , L’ Histoire Se Repete (sejarah akan selalu berulang) untuk itu maka sepatutnyalah saat ini gerakan mahasiswa mulai merekontruksi soliditas gerakan dan menjalin komunikasi lintas gerakan dengan menghilangkan kecurigaan dan merasa benar sendiri (high egoisme), dan mulailah untuk kembali menata idealisme dan mengavaluasi format gerakan mahasiswa selama ini. Hal-hal tersebut harus diupayakan dalam rangka mengefektifkan kembali mahasiswa sebagai preasure penguasa.

Lia Sulistiawati
Member of Indonesia Youth Parliament

Tidak ada komentar:

Posting Komentar